Rini Perawatku
Sudah lama aku berkenalan dengan Rini seorang perawat di salah satu rumah sakit terkenal di kota S. Orangnya pendiam,tidak banyak omong, namun apabila suah kenal, akan nampak bahwa dia ternyata sangat supel. Dengan jilbab yang menghiasi wajahnya, tubuhnya yang sangat montok tidak banyak menarik perhatian orang. Pernah sekali aku melihat dia memakai baju biasa tanpa jilbab, waktu aku main ke kostnya. wow, ternyata rini sangat sexy. Namun pemandangan itu hanya sebentar saja, karena dia cepat-cepat mengganti baju tidurnya dengan pakaian jilbabnya. Hal itu semakin membuatku ingin menjamah tubuhnya. Namun selalu saja dia bisa menolak. Paling-paling, kami hanya berciuman, namun tidak pernah lebih dari itu.
Siang itu Rini kuajak jalan-jalan ke Penggaron, hutan wisata yang ada di sebelah selatan kota S. Setelah parkir, akupun mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dan strategis buat pacaran. Begitu dapat, kamipun asyik ngobrol ngalor ngidul. Tak sengaja, tanganku asyik mngelus-elus jemarinya di atas pahanya. Rinipun menatapku dengan sayu. Segera kucium bibirnya yang mungil. Rinipun menyambut dengan antusias. Lidahnya dengan lincah memilin lidahku hingga membuatku tersengal-sengal. Kudekap erat tubuhnya, sambil tangan kananku meremas remas pantatnya yang bahenol. Tubuhnyapun bergetar hebat. Pelahan tanganku merayap menyingkapkan rok panjangnya dan ketelusupkan jemariku ke dalam celana dalamnya. “ Mas, jangan ahhh, malu dilihat orang” katanya sembari mencoba mencegah tanganku beraksi lebih lanjut. “Pindah tempat yuk, yang lebih aman,” ajakku sambil terus mencoba meremas payudaranya. Rini langsung menggelinjang. Terasa buah dadanya yang ranum mulai mengeras, tanda bahwa Rini mulai terangsang hebat. Matanya yang sayu jadi tampak mesum, tanda Rini dilanda rangsangan berahi yang amat dahsyat. Kamipun segera berbenah diri, membetulkan pakaian yang sempat berantakan.
Singkat cerita kami sampai di hotel P. Saat itu, hari sudah gelap. Setelah menyelesaikan urusan pembayaran hotel, kamipun segera masuk ke kamar 122. Sejenak aku dan Rini merasa canggung. Maklum, selama ini nggak pernah ke hotel, apalagi hanya berdua dengan cewek manis. Sebenarnya aku sudah nggak tahan lagi ingin mencium dia lagi, dan tahu sendirilah selanjutnya. Tapi gimana lagi, lha wong Rini hanya diam terpaku. Aku jadi malah takut, jangan-jangan dia menyesal telah mau kuajak nginap di hotel. "Em, lagi mikirin apa? Kok termangu-mangu ?" tanyaku sambil menghampirinya. Rini hanya memandangku sekilas. "Sudahlah, tiduran saja di kasur, aku nanti biar tidur di sofa. Aku janji nggak akan menyentuhmu kecuali kalu Rini pengen," kataku lagi sambil menuju sofa.Tiba-tiba Rini menangis dan kuberanikan diriku untuk memeluknya dan menenangkannya, Rini tak menolaknya. Setelah agak tenang kubisiki dia bahwa dia tampak cantik malam ini. Rini tersenyum dan menatapku dalam, lalu memejamkan matanya. Kucium bibirnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku. Kami berciuman dengan penuh nafsu. Kusibakkan jilbabnya yang menutupi lehernya lalu aku turun ke lehernya, Rinipun mendesah “aaaahh.” Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok. Rini mendesah lagi, dam menjambak rambutku. Setelah beberapa saat kulepaskan dia. Rini sudah terangsang, kulucuti pakaiannya, kaos dalamnya kulepas, bra-nya, tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras. Kubasahi telunjukku dan mengelusnya, Rini hanya memjamkan matanya dan menggigit bibirnya. Kulanjutkan melucuti rok panjangnya, dia memakai CD berenda putih transparan sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Sengaja aku tidak melepas jilbabnya, karena Rini tampak lebih sexy dengan hanya memakai jilbab, namun telanjang bulat di bawahnya. Dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya bersih, hanya di bagian atasnya. Dan vaginanya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan mulai basah. “Kamu rajin mencukur ya,” tanyaku. Dengan wajah memerah dia mengiyakan. Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, kujilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Rini menggelinjang keasyikan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan.
Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar. Seirama dengan sapuan lidahku di puntingnya, Rini makin terangsang, dia bahkan menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke payudaranya, “Mas, enakh... banget...enakh...” Desahannya dan lenguhannya. Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan “Mas... Rini... mo... keluaaaarrr!” Sambil berteriak Rini orgasme, denyutan vagina kurasakan di tangan kananku. Rini kemudian berdiri. “Sekarang giliranmu,” katanya. Celanaku langsung dilucutinya dan akupun disuruhnya berbaring. Salah satu tangannya memegang kontolku dan yang lain memegang zakarnya, dia mengelusnya dengan lembut “mmmmhhh...,” desahku. “Enak ya, Mas.” Akupun mengangguk. Rini mulai menciumi kontolku dan mengelus zakarnya, dan mengemutnya dan mengocoknya dengan mulutnya. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku, kocokannya sungguh nikmat. Aku heran, sejak kapan dia belajar mengulum dan mengocok kontol lelaki. Nampak dia sudah sangat mahir dalam urusan kocok mengocok kontol laki-laki. “Belajar darimana Em, kok lincah banget?, tanyaku. “Hmmm, aku pernah liat BF bareng teman-teman di kantor. Kayaknya enak banget, dan ternyata memang benar,”jawab Rini sambil terus mengulum kontolku. Rini tampak sexy dengan jilbab yang masih terpasang diwajahnya, namun telanjang bulat di bawahnya. Bibirnya yang mungil sibuk melumat habis kontolku.
Kupegang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya saat turun. Sesaat kemudian dia berhenti. “Mas, kontolmu lumayan besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin terangsang nich.” Aku hanya tersenyum, lalu kuajak dia main 69, dia mau. Vaginanya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan kencang, sedang Rini masih asyik mengocok kontolku. Saat itu aku baru menikmati vagina seorang wanita, aku mulai menjilati vaginanya, harum sekali bau sabun dan bau cairan vagina, dan clitorisnya sampai memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, tiba tiba dia berteriak saat kuhisap vaginanya keras-keras. "Masss... I lovvve ittt, babbyy", dia menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena vaginanya sedang kujilat dan saat itulah saat pertama aku rasakan cairan wanita yang asam-asam pahit tapi nikmat.
Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum selesai dan aku bilang ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan kontolku ke sela-sela pahanya yang menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Baru dijepit pahanya saja, rasanya sudah di awang-awang. Apalagi kalau kontolku bisa masuk ke vaginanya. Beberapa lama kemudian, aku bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku. Rini memandangku dengan sayu. Segera kukulum puting payudaranya yang tampak mengeras itu, kontan dia melenguh hebat. Ternyata puting payudaranya merupakan titik rangsangnya. Dengan diam-diam aku mulai memasukkan kontolku ke dalam vaginanya yang ternyata sudah basah lagi. Perlahan kumasukkan, terasa sekali denyutan vaginanya.Vaginanya agak susah kumasuki, setelah kontolku masuk kira-kira ½, ada sedikit darah mengalir, ternyata dia perawan batinku, kubisiki dia “Em, sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang sesunguhnya”. Pelahan kugoyang kontolku, maju mundur, keluar masuk ke liang vaginanya. Rintihan kesakitan berubah menjadi desahan kenikmatan. Saat aku berada di atas Rini, kujilati payudaranya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu dan tanpa pikir panjang-panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu dan tentunya kontolku sudah masuk ke dalam vaginanya yang sangat nikmat itu. "Ooohh nikmat sekali rasanya", dia juga menjerit "Ssshh", seperti ular yang sedang mendekati mangsanya. 10 menit kemudian, dia memelukku kuat-kuat dan aku bingung tapi aku juga mengalami perasaan yang aneh karena sepertinya ada yang mau keluar dari kemaluanku, "Mass... aku mauuu keluaarrr" dan aku juga menjawabnya "Em... kayaknya akuu jugaa maauu..." nggak sampai 2 atau 3 menit, badanku dan Rini sama-sama bergetar hebat dan aku merasakan ada yang keluar dari kontolku ke dalam vaginanya dan aku juga merasa ada yang membasahi kontolku dengan amat sangat. Setelah itu, Rini terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya. Aku mulai membelai-belai rambutnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar