Ketika itu aku baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tuaku sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Ina, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal dirumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Ina akan menginap dirumahku sendirian. Tante Ina badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakain dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Ina.Biasanya, setiap ada kesempatan aku suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu aku masih belum mengerti apa2, hanya karena rasanya enak. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Ina juga belum datang. Setelah pulang sekolah, aku kekamar tidurku sendirian me-mijit2 kemaluan ku sembari menghayalkan tubuh Tante Ina yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah ku lihat di majalah porno dari teman2 ku disekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa ku sadari Tante Ina sudah tiba dirumahku dan tiba2 membuka pintu kamar ku yang lupa ku kunci.Dia sedikit tercengang waktu melihat ku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluan ku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera ku tutupi kemaluan ku dengan bantal, wajahku putih pucat. Melihat ku ketakutan, Tante Ina hanya tersenyum dan berkata “Eh, kamu sudah pulang sekolah J.D., Tante juga baru saja datang”. Aku tidak berani menjawabnya. “Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak2 mainin burung nya sendiri” ujarnya. Aku tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu. Tante Ina lalu menambah, “Kamu terusin sajamainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok”. “Tidak apa2kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tulungin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu J.D.”, tambahnya sembari mendekatiku. “Tapi kamu tidak boleh bilang siapa2 yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”. Aku tetap tidak dapat menjawab apa2, hanya mengangguk kecil walaupun aku tidak begitu mengerti apa maksudnya.Tante Ina pergi kekamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali kekamarku. Lalu dia berlutut dihadapan ku. Bantalku diangkat per-lahan2, dan saking takutnya kemaluan ku segera mengecil dan segera ku tutupi dengan kedua telapak tangan ku. “Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan ber-hati2 deh”, katanya sembari membujukku. Tangan ku dibuka dan mata Tante Ina mulai turun kebawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluan ku yang mengecil dengan teliti. Dengan per-lahan2 dia memegang kemaluan ku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu dikelapa kemaluan ku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.“Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh” katanya sembari mengedipkan sebelah matanya. Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluan ku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. “Jangan takut J.D., kamu rebahan saja”, ujarnya membujuk ku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, aku mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluan ku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih enak dari sentuhan tanganku sendiri. “Lihat itu sudah mulai membesar kembali”, kemudian Tante Ina melumuri Baby Oil itu keseluruh batang kemaluan ku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Ina mulai mengocokin kemaluan ku digenggamannya per-lahan2 sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusapi biji ku yang mulai panas membara.Kemaluan ku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Ina yang cantik. Perlahan Tante Ina mendekati mukanya kearah selangkangan ku, seperti sedang mempelajarinya.Terasa napasnya yang hangat berhembus dipaha dan dibijiku dengan halus. Aku hampir tidak bisa percaya, Tante Ina yang baru saja ku khayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku. Setelah kira2 lima menit kemudian, aku tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari2 tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja diranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Ina yang licin dan berminyak. Belum pernah aku merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat di-tengah2 selangkanganku. Mendadak Tante Ina kembali berkata ” Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah”. Aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba2 Tante Ina mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluan ku lalu menyusupinya perlahan kedalam mulutnya.Hampir saja aku melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, aku tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras kedalam ranjang. Tangannya segera disusupkan kebawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluan ku dengan halus, sembari me-nyedot kedalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluan ku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluan ku, aku berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.Sekali2 Tante Ina juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan2 kecil. Dan perlahan turun kebawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Aku hanya dapat berpegangan erat kebantal ku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang aku hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepalaku mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluan ku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulkukebelakang. Dengan seketika, kemaluan ku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat kemuka dan kerambut Tante Ina.Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Aku tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Aku merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang ter-engah2, aku meminta maaf kepada Tante Ina atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya. Tetapi Tante Ina hanya tersenyum lebar, dan berkata “Tidak apa2 kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluan ku sehingga bersih. “Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.Dengan penuh pengertian Tante Ina menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali2. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan mencium ku dengan lembut dikeningku. Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu2 aku bertanya “Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”. Tante Ina menjawab “Yah, kadang2 kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”. Dan Tante Ina berkata yang kalau aku mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja aku bilang yang aku mau menyaksikannya.Jari2 tangan Tante Ina yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing2 bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Ina memegang kedua tanganku dan meletakannya diatas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras.Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Ina memintaku untuk menyentuhnya. Karenabelum ada pengalaman apa2, aku pencet2 saja dengan kasar. Tante Ina kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya per-lahan2. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai me-raba2 tubuh Tante Ina yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Aku mulai mempelajari tempat2 yang disukainya. Tidak lama kemudian Tante Ina memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika aku mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras didalam mulutku.Napasnya semakin men-deru2, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku Mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairahdihadapanku. Tante Ina tidak berhenti meng-elus2 dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku kebawah kearah perutnya. Semakin kebawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung keatas. Aku mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.Kemudian Tante Ina berdiri tegak dihadapanku dengan perlahan Tante Ina mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh dilantai. Tante Ina berdiri dihadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan sexy. Tangannya ditaruh dipinggulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya dihadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging kebelakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Aku sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.Tante Ina menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya diranjangku, Tante Ina memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Aku mulai me-raba2 pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak demak dan bernoda. Pertama2 tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Ina sungguh2 menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Aku semakin berani dan lancang merabanya. Kadang2 jariku kususupkan kedalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda dibawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalam nya yang sangat tipis itu.Setelah beberapa lama, Tante Ina dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya aku dapat menurunkan celana dalamnya kebawah. Tante Ina berbaring diatas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali aku dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu2 diatas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante Ina membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk ditepi ranjang, Tante Ina memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan ke-hitam2an dan memperagakan kepadaku lubang vagina nya yang basah dan berwarna merah muda.Dengan nada yang ramah, Tante Ina menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat2 dan cara2nya untuk menyenangkan seorang wanita. Kemudian Tante Ina mulai menggunakan jari tangan ku untuk di-raba2kan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Klitorisnya semakin membesar ketika aku menyentuhnya. Aroma dari vagina nya mulai memenuhi udara dikamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya per-lahan2 keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vagina nya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, aku kembali bertanya “Boleh ngga saya mencicipi air mani Tante?” Tante Ina hanya mengangguk kecil dan tersenyum.Perlahan aku mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Ina yang merah dan lembut. Cairan nya mulai mengalir keluar dengan deras keselangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik keasal lubangnya. Rasanya rada keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang2, Tante Ina cairan sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama aku mencicipi alat kelamin Tante Ina, aku tahu yang aku dapat menjilatinya terus2an, karena aku sangat menyukai rasanya. Tante Ina mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh klitorisnya. Aku tersentak takut karenamungkin aku telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Ina kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa enak.Semakin lama, aku semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan klitoris nya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting kekanan dan kekiri. Pinggul dan pahanya kadang2 mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yangmungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama ditelingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori2 tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang dibawah cahaya lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Ina memintaku untuk me-nyodok2kan lidahku kedalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu.Kemudian Tante Ina memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluan ku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Ina meng-gosok2kan dan menghimpit kemaluan ku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Ina memintaku untuk lebih berkonsentrasi di klitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku kelubang vaginanya. Dengan penuh gairah aku pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa berdekup memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah. Klitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante Ina memintaku untuk memasuki satu jariku kedalam lubang pantatnya yang ketat.Dengan bersamaan waktu, Tante Ina juga masuki satu jarinya pula kedalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluan ku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat2 sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Aku menjerit keras ber-sama2 Tante Ina sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Ina menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluan ku sampai kering.Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante Ina menciumku dibibir dengan lembut dan berjanji yangnanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasuki kedalam kewanitaannya.
Diposkan oleh Haryo Saru di 01:29 0 komentar
Label: Oedipus
Pagi bersama mbak tutik yang seksi,
Di suatu pagi aku disuruh oleh ibu untuk mengantarkan uang arisan ke rumah salah satu temannya, sesampainya disana aku mengetuk pintu, dan yang keluar adalah mbak tutik, anak dari teman ibuku, dia seorang gadis yang telah menikah dan menjadi istri kedua dari suami yang berada di kota bandung, dan kami berada di sebuah kota di jawa timur, dia membuka pintu dengan disertai sebuah senyum, dan berkata: “eh andre ada apa?” “ini mbak mau nganterin uang arisannya ibu” “oh ya, masuk dulu dik” ” ok deh” setelah berbincang agak lama akhirnya aku pamit mau pulang.“ehm, mbak aku mau pulang dulu ya” ”ehm dik gimana klo aku nemenin mbak di rumah sebab ada beberapa tukang dirumah sebelah yang suka mbak, dan dirumah lagi gak ada siapa - siapa?” setelah kupikir - pikir baik juga untuk menolong orang. singkat cerita kami udah becengkarama di ruang TV, dan mbak tutik pamit untuk mandi pagi, dan ia bergegas menuju kamar mandi,dan aku pun menuju ke dapur yang notabene berdampingan dengan kamar mandi rumah itu,dan beberapa saat kemudian aku mendengar klo mbak tutik lagi pipis, perlu diketahui bahwa kamar mandinya memiliki daun pintu yang agak tinggi pada sisi bawahnya, sehingga saat dia pipis aku bisa dengan bebas melihat pantat yang mulus, berwarna kuning langsat, pemandangan yang indah, sesaat kemudian mbak tutik keluar hanya dengan berbalut handuk kecil dan dia tidak menyangka klo aku ada di dapur saat itu, sebenarnya dia agak malu karena bulu pubisnya keliatan dan toketnya yang 36b menyembul dengan indahnya walau tak tampak putingnya.Tetapi mbak tutik berusaha tenang dan berjalan ke arah kamar tidurnya dengan membelakangiku sehingga aku bisa liat pantat yang benar-benar aduhai, kemudian aku pun bersandar di kursi sambil menonton TEVE, tak lama kemudian mbak tutuik keluar dari kamar dengan memakai daster one piece dengan dada terbuka, dan bawah berada 10 cm diatas lutut, begitu semox kata orang jawa,selain kuning langsat dan body yang aduhai, dia kemudian mendekat dan banyak cerita bahwa dia udah tidak berhubungan badan dengan suaminya sudah lebih dari 10 bulan, dari cerita dia tampak sekali klo dia begitu mengharapkan sentuhan laki- laki.Tak lama kemudian ada ide untuk bermain kartu, setelah tak lama bermain dia ada ide cemerlang: “dek, gimana klo yang kalah main kartu melakukan apa saja yang disuruh oleh yang menang?” “apa saja ya? asal enggak disuruh nyemplung sumur aja, oke deh lanjut” aku bilang.kemudian pada permainan pertama dia menang dan menyuruh aku untuk buka baju atas ku,“horee, aku menang, oke aku boleh minta satu hal sama kamu sesuai perjanjian” ” oke” “gimana klo kamu melepas baju atasmu?” ” hah?, baju atas?” dengan sedikit bingung tapi akhirnya kuturuti juga permintaan itu. pada permainan kedua aku memperoleh kemenangan, ”oke, hehhehe aku menang, ehm apa ya?” ”kamu mau aku gimana, akan aku turuti kok” ”gimana klo mbak buka branya” ’kamu nakal ya, tapi sesuai perjanjian oke dech”dengan serta merta ia membuka bra dengan cara tanpa membuka baju, kemudian buah dada itu begelantungan dengan bebas, dan pentilnya pun tampak ranum seakan memanggil untuk segera diremas, tapi aku mencoba untuk tidak memperlihatkan diri klo aku udh terangsang dari tadi, karena gaya duduk yang sangat menantang karena paha yang begitu mulus terpampang jelas didepan mata.pada permainan berikutnya dia menang dan menyuruhku untuk melapas cd, dasar batangku udah hormat dari tadi, dan akupun membukanya dengan gerakan yang sedikit memperlihatkan adikku yang udh berdiri dengan tegak, sehingga pertahananku yang terakhir hanya celana selutut yang udah tampak seperti tenda dengan penopangnya, bisa kulihat dia menelan ludah dan udah tidak bisa duduk dengan tenang, sesaat kemudian permainan pun dimulai dan aku keluar sebagi pemenang ”he he aku menang mbak, oke apalagi yang aku mau lucutin, gimana klo CDnya mbak?”,“ok lagian ini udh basah dari tadi he he” kemudian ia mengangkang didepan mataku dan membuka cdnya dengan berdiri dan duduk kembali, dan pada saat dia duduk dapat aku liat bulu halus jembutnya dan mem*k yang berwarna merah muda agak kecoklatan, “kok diam liat pemandangan indah ya?” “he he he iya mbak” setelah itu aku kalah dan pertahanan terakhirku pun terlepas sehingga adikku sekarang berdiri dengan bebas dan mengkilat,dan ia pun udah tidak tahan tuk menerkamnya, tetpai permainan belum usai, dan kemi melanjutkan permainan kartu tersebut dan aku kalah karena aku udh konak banget hehehehehe dan ….. “dek aku menang dan aku meyuruhmu tuk menjilati mem*kku ini gimana mau?” sambil dia membuka dasternya dan mengangkang didepan ku. “ok dech”setelah itu aku jilatin pentilnya sambil kuremas, dan sesaat kemudian kami saling bertatap muka dan kemudian bibir kami saling berpagutan, dan tanganku tak tinggal diam, yang satu meremas tokotnya, dan yang satu aku pakai untuk meremas remas rambutnya yang panjang,kemudian aku turun ketoketnya dan kuciumin sambil sedikit aku gigit sehingga dia pun mengerang dan mengelinjang, tak lama aku pun turun dari bukit yang ranum menuju lembah yang telah lembab aku buka, aku jilat dan sedikit aku gigit, aku masukkan jariku serasa masih rapat,(maklum lama enggak diapakai)dia mengerang sambil memohon kepadaku tuk segera menghujamkan tongkatku, tapi aku kemudian menyuruhnya untuk mengulum tongaktku hingga pangkalnya setelah ia udah kewalah baru aku buka pangkal pahanya dan sebelumnya aku jilatin kemudian dengan perlahan aku tanamkan pelirku ke mem*knya, kemudian aku tarik lagi,aku hujamkan lagi kemudian aku tarik lagi, kemudian dengan tenaga penuh aku hujamkan, ternyata sesak sekali mem*knya setelah dengan perjuangan akhirnya bisa aku lesakkan pelirku kedalam mem*knya kemudian sambil aku pompa tanganku ikut meremas toketnya.sesaat kemudian ia memintaku untu bergaya doggie style, setelah itu aku lempar lagi dia ke gaya misionaris, dan tak lama ia pun mengerang karena udh mencapai klimaks, terasa sekali pelirku tersiram cairan hangat dan meremas batangku, dan akupun mempercepat irama pompa kenikmatan itu dan dia yang udah lemas menjerit jerit sambil melempar lemparkan kepalanya kekanan dan kekiri, tapi aku aku udh enggak peduli dan tak lama, “mbak aku mau keluar “gimana nich?” “terserah kamu ndree yang penting nikmat, keluarin didalam vaginaku aja biar kita sama sama di puncak”. kemudian tak lama aku pun mengerang sambil memeluk dia dan segera saja mem*knya penuh denh spermaku dan aku pun masih terus memompanya hingga adikku kehilangan tenaganya dan aku cabut pelan pelan sambil sekali sekali aku hujamkan lagi. setalah itu akmi berdua lemas, terkapar sambil berbugil ria, dan ia sangat berterima kasih karena telah membuatnya terpuaskan, semenjak peristiwa itu kami jadi sering bertemu untuk memadu kasih, baik dirumah, dihotel karena kami sepakat untuk saling menjadi budak nafsu bagi kami berdua.
Diposkan oleh Haryo Saru di 01:16 0 komentar
Label: Oedipus
Cerita Nge-seksku Bersama Seseorang
Berawal pada suatu hari (aku sudah lupa hari dan tanggalnya), saat itu aku sudah mulai bekerja di suatu perusahaan yang lumayan besar. Yang kuingat hari itu aku tidak masuk kantor berhubung sedang libur. Untuk mengisi kekosongan hari itu aku jalan-jalan ke Blok-M Plaza sendiri saja karena aku lagi tidak punya cewek (baru putus), iseng saja aku keliling sendiri mulai dari lantai bawah sampai ke lantai atas dan akhirnya aku stand by di bioskop Twenty-One. Sambil asyik melihat poster-poster film yang dipasang, mataku jelalatan ke kiri dan ke kanan kali-kali saja ada cewek yang mau menemaniku nonton film. Tapi sepertinya hari itu hari sialku, karena kulihat tidak ada satu perempuan pun yang sendirian, semua perempuan yang datang ke situ semua bawa pasangan. Setengah putus asa kubeli saja tiket nonton, dalam hatiku bilang "Ya sudahlah."Setelah pintu theater di buka aku langsung saja masuk dan menunggu filmnya diputar. Waktu film hampir main tiba-tiba ada yang menegurku "Permisi Mas..!" Waktu kulihat ternyata yang ngomong adalah seorang perempuan. Dia ternyata duduk di sebelahku, terus kubalas saja "silakan ehm sendiri saja?" aku tanya begitu karena aku nggak lihat siapa-siapa lagi selain dia. "Iya nih lagi iseng habis boring sih kalau dirumah." Itu perempuan jawab sambil melihat ke aku. Dalam hati aku berpikir "Nah ini dia, tadi dicari di luar nggak ada ehh.. nggak tahunya malah dapat di dalam." Kuteruskan saja tanyanya, "Kenapa kok di rumah bisa boring sih?" "Ya.. bosen saja kalau hari libur gini, nggak ada kegiatan tuh!" Dia bilang sambil mulai makan popcorn yang dia bawa. "Eh Mas mau?" dia menawarkan popcorn ke aku. "Wah makasih deh nanti saja yah!" jawabku. "Oo.. iya.. namaku Jimmy, nama kamu siapa kalau boleh tahu?" tanyaku. "Namaku Reny, kamu sendirian juga Jim", itu cewek tanya lagi ke aku. "Iya habis sama seperti kamu, aku juga lagi nggak ada acara makanya aku nonton saja" sahutku.Akhirnya kita berdua jadi ngobrol panjang lebar sambil menunggu film main. Pas film sudah main kukeluarkan Coca Cola kaleng yang kubeli di luar dan berniat untuk membukanya. Entah kenapa tiba-tiba itu Coca Cola kaleng muncrat isinya pas kubuka dan airnya menyembur keluar mengenai badan Reny. Dengan reflek kukeluarkan saputanganku dan langsung membersihkan air Coca Cola yang ada di badan Reny sambil bilang, "Waduh sorry berat nih sumpah aku nggak sengaja!" Waktu membersihkan, aku nggak sengaja menyenggol buah dadanya itu cewek. Wah ternyata walaupun nggak besar-besar amat tapi padat sekali. "Enggak apa-apa kok Jim kan lu nggak sengaja ini!" balas Reny. Berhubung si Reny diam saja waktu kesenggol buah dadanya, ya sudah aku lama-lamain saja membersihkan di bagian itu sambil sesekali coba meremas. "Wah.. kok betah ya", sahut Reny. Sambil belaga bodoh aku bertanya, "Betah kenapa?" "Itu tangan kok malah mainin buah dadaku", kata Reny sambil menahan senyuman. "Habis buah dada kamu ngegemesin sih, sekel banget Ren?" sahutku lagi. "Iya dong kalau punya properti tuh kan harus dirawat biar bagus", kata Reny lagi. Di tengah film main aku iseng tanya begini, "Ren dari pada di sini mending kita cari tempat saja yuk buat ngobrol?" Terus si Reny bilang, "Ya sudah nunggu apa lagi Jim! Eh kamu bawa mobil?" "Beres", sambil kugandeng tangan Reny untuk keluar dari gedung bioskop. Sampai di mobil aku tanya ke dia, "So kita mau kemana nih, Ren?" "Ya terserah kamu saja kan kamu yang ngajak!" jawab Reny.Akhirnya kuajak saja ke hotel yang terdekat yaitu ke Hotel Melawai. Singkatnya setelah semua urusan check in selesai dan kita berdua sudah sampai di kamar, aku tanya lagi sama dia, "Ehm kita mau ngobrol atau mau ngapain nih?" "Ngapain juga kita di sini cuma ngobrol doang Jim, kan aku juga tahu maunya kamu apa!" Reny bilang gitu sambil melepas baju kaos dan rok mininya. Wah bodinya lumayan oke juga nih walaupun wajahnya nggak begitu cantik sih. Dia pakai bra sama CD warna hitam transparan jadi pentil buah dadanya dan bulu kemaluannya yang nggak begitu lebat kelihatan membayang. "Buka dong baju kamu Jim terus kamu tunggu di tempat tidur, aku mau ke toilet dulu nih", sambil berkata begitu dia masuk ke toilet dalam hatiku berkata, "Sialan nih cewek aku di suruh-suruh bikin aku malu saja!" Tapi kubuka saja baju, celana jeans dan CD-ku yang pasti penisku sudah tegang menunjuk ke atas. Timbul pikiran isengku, "Si Reny ngapain yah di toilet, aku susul saja", langsung saja aku susul dia ke toilet.Pas pintu kubuka ternyata dia lagi nyeboki vaginanya pakai shower sambil duduk di pinggiran bak mandi. "Heei ngapain kamu masuk Jim bukannya nunggu di kasur?" dia berkata begitu sambil sedikit kaget. "Habis kamu lama banget sih kamu lihat dong penisku sudah tegang berat nih." Sambil aku acungi penisku ke muka dia. "Hihihihi sudah horny yah aduh kasihan sini aku jilatin deh!" sambil dia mengelus-ngelus penisku. "Kamu ngapain sih lama benar?" aku tanya gitu sambil menikmati elusan tangan dia di penisku. "Terus terang Jim aku juga sudah horny waktu di bioskop tadi, sampai vaginaku basah jadi aku cuci dulu habis tengsin sih!" Setelah bicara begitu dia mulai jilat dan melamot penisku."Uhh shh nikmat Ren..!" aku merasa penisku hangat sekali waktu dilamot sama Reny yang sesekali menggigit gemas penisku. Sekitar lima menit Reny mengulum penisku sampai basah banget sama air liurnya, gantian aku yang beraksi. Aku mainkan buah dadanya, pentilnya yang kecil dan berwarna coklat tua aku pelinitr-pelintir terus yang satu lagi aku remas dengan gemas, kulihat si Reny merem sambil merasakan remasan tanganku. Setelah beberapa lama kusuruh saja si Reny menungging di dalam bak mandi karena aku mau main pakai dog style. Berhubung nih cewek sepertinya sih "perek" jadi aku nggak mau menjilati vaginanya. Waktu dia menungging, busyeet.. pantatnya 'bohai' banget terus aku elus-elus tuh pantat yang bohai, mulai dari arah pinggang sampai ke bagian vaginanya yang kalau menungging gitu jadi kelihatan jelas semua isi di dalamnya, aku mulai mengelus-ngelus bulu kemaluannya yang jarang terus kebagian kelentitnya aku gesek-gesek sambil sesekali kumasukan jari tengahku ke lubang vaginanya yang sudah mulai basah."Ahh.. uhh.. shh.. waw Jim nikmat Jim ah!" Reny mulai mendesah genit keenakan. Setelah kurasa sudah cukup basah akhirnya kuarahkan penisku ke lubang vaginanya dan perlahan kudorong maju "Slebb!" Penisku masuk semua ke dalam vagina Reny karena memang sudah basah jadi nggak begitu susah. "Aaww asshh shit ouhh Jimmy ahh!" Reny menjadi histeris setelah aku menggerakan pinggulku maju mundur perlahan. Rasanya memang nikmat banget apalagi buatku yang sudah kira-kira dua minggu belum tersalurkan nafsu birahiku. "Shh oohh.. Ahh!" aku mendesah sambil maju mundurin pinggulku dan tanganku memainkan pentil buah dadanya yang juga sudah mulai keras. "Ahh uuhh shit, Jim aku mau nyampe nih ahh duhh waawww..!" sambil bicara begitu Reny menekan keras pantatnya ke belakang agar batang penisku masuk lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Aku merasa ada cairan hangat yang membasahi batang penisku, ternyata si Reny sudah orgasme ini ditandai dengan kepalanya mendongak ke atas dan diserati desahannya, "Auuhh shh Jim Ouff shh!" Langsung kucabut penisku dari vaginanya dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang nyaman.Aku rebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan kujilati buah dadanya yang mantap dengan rakus. Tiba-tiba aku punya ide dan aku langsung bangun dari tempat tidur menuju ke mini bar yang ada disamping TV. Aku buka kulkas dan kuambil juice jeruk. "Kamu kok berhenti sih Jim..?" tanya Reny sambil masih celentang di tempat tidur. Aku jawab, "Ada deh mau tahu saja!" Aku balik lagi ketempat tidur dan aku tuangkan juice jeruk tersebut ke buah dadanya, walaupun sampai tumpah ke kasur aku nggak peduli. Habis itu aku mulai jilati buah dadanya dengan rakus sambil menikmati juice jeruk yang kutuang tadi. "Ohh Jim.. geli geli Jim Ahh.." Reny mulai blingsatan nggak karuan sambil menjambak rambutku. Aku terus jilat dan melamot buah dadanya sampai juice jeruk tersebut habis. Setelah itu aku buka pahanya lebar-lebar untuk kusodok dengan penisku lagi. "Blesspp.. ahh.. Shh, " aku mulai bergerak naik turun, "Slebb bless slebb bless", terdengar bunyi dari vagina si Reny yang sudah mulai basah lagi. Reny yang sudah mulai horny mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti iramaku. Ternyata si Reny memang ahli karena aku merasakan nikmat yang nggak ada duanya, "Wahh Ren ahh kamu hebat Ren shh vagina kamu bisa nyedot ohh.. Shh", ucapku keenakan.Aku merasa kalau kali ini aku mau sampai, "Ahh Ren.. aku mau keluar nih." Reny mendorong tubuhku sambil bilang, "Aku di atas deh.. Jim!" Kucabut penisku dan aku rebahan menggantikan si Reny yang sudah bangun dan langsung nangkring diatas perutku. Reny mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya dan menekan ke bawah, "Bleep ahh.." Reny kini yang aktif, dia bergerak ke atas dan ke bawah sambil menjambak rambutnya sendiri. Tanganku yang bebas langsung bermain-main dengan buah dadanya yang sudah nggak karuan warnanya habis kucupangi tadi. "Ahh duhh Jim.. gila nikmat benar shh ouhh", Reny sedikit menjerit. Setelah sekitar 15 menit aku merasa sudah nggak tahan lagi untuk orgasme, "Ouuhhff Ren.. aku sudah nggak tahan nih shh", aku cengkram pinggang Reny untuk melampiaskan perasaan nikmat. "Jim kita keluar bareng ahh shh.. ouhh.. Jimm.. cret creet croot croot..!" Akhirnya kita berdua orgasme bersamaan, nikmat sekali yang kurasakan saat itu. Setelah menikmati orgasme masing-masing kita tertidur sambil berpelukan.Kita terbangun malam hari dan langsung berpakaian setelah itu langsung cabut. Ternyata hari libur aku nggak sesial yang kukira, malah aku dapat durian yang sudah matang.
Diposkan oleh Haryo Saru di 01:07 0 komentar
Label: Uncategorized
Rabu, 2008 Februari 27
Kisah Ngentot dengan Cewek Kostku Tersayang
Namaku adalah Iyo, usiaku 24 tahun, aku tinggal sendiri di sebuah rumah yang cukup besar untuk aku tempati sendiri karena itu rumahku kujadikan tempat kost cewek. Apalagi rumahku letaknya berdekatan dengan universitasku. Aku menyeleksi semua cewek yang ingin kost di rumahku, mereka harus cantik, seksi dan gaul apalagi kalau wajahnya terlihat nakal, pasti langsung aku terima tinggal disini. Karena itu semua kamar terisi dengan cewek-cewek cantik. Itulah awal percintaanku dengan salah satu cewek kostku.Yang aku incar adalah Nuke karena dia sangat cantik dan bodynya sangat seksi, wajahnya sangat sensual menurutku, aku jatuh hati saat pertama melihatnya karena itu aku melakukan segala macam cara agar bisa memilikinya, mengantar dia kuliah pakai mobil, membantu menyelesaikan tugas, ajak dia jalan, nonton, shopping, pokoknya kumanjakan dia.Akhirnya usahaku tak sia-sia, Nuke mulai jatuh hati padaku. Hal itu terjadi saat kami berdua pulang dari menonton bioskop. Tingkah laku Nuke terlihat lain, biasanya dia suka bercanda sampai tertawa ngakak, malam itu di dalam mobil dia tampak pendiam dan sering menatap wajahku lalu tersenyum manis, sebenarnya aku tahu isi hatinya tapi aku pura-pura tidak tau. "Kamu kenapa Say..? Sakit ya?", tanyaku sok perhatian. "Oh.. Nggak kok Yang.. Nuke jadi suka aja ngelihat Yayang..", jawabnya polos.Kemudian kami tersenyum dan terdiam lagi sampai di rumah. Pada waktu jalan dia menggandeng tanganku lembut sampai di kamarnya. "Udah ya Say, sekarang tidur ya?", kataku sambil beranjak pergi menuju kamarku. "Yang.. Kenapa ya Nuke kok jadi sayang sama Yayang.." ucapnya sambil memegang tanganku, matanya menatapku penuh harap. "Ah.. Ngaco kamu, udah tidur sana!", jawabku sok cuek sambil berlalu. "Yang..! Temani Nuke bentar ya..?", pintanya, aku hanya tersenyum lalu dia menggandengku masuk kamarnya. Setelah kamarnya kukunci, Nuke langsung memelukku. "Nuke cinta Yayang..", katanya sambil mencium bibirku lembut.Inilah yang kutunggu, aku membalas pelukannya sambil mencium bibir sensualnya. Lama kelamaan ciuman kami semakin panas, lidah kami saling beradu penuh gairah, tanganku sudah tak tahan ingin meremas buah dadanya yang montok dan kencang itu. Kusandarkan dia di balik pintu, lalu aku memasukkan tanganku ke dalam bajunya, buah dadanya terasa empuk dan lembut saat kuremas meski putingnya sudah mengeras. Nuke tampak sangat menikmati permainan ini, matanya terpejam sambil sekali-kali mendesah nikmat.Ciumanku mulai turun ke leher jenjangnya, lidahku menyapu tiap jengkal lehernya, tampaknya dia sudah tak tahan lagi saat puting susunya kujilati sambil kugigit lembut, lalu roknya mulai kulepaskan perlahan, tanganku kini mulai meraba-raba gumpalan bulu halus tempiknya sambil terus menjilati susunya, jemariku terasa basah saat kugesek-gesekkan di luar tempiknya, lalu aku jongkok, salah satu kakinya kuangkat dan kusandarkan di bahuku agar aku lebih leluasa menciumi tempiknya, lidahku menyapu klitorisnya sambil sekali-kali kusedot gelambir tempiknya, kakinya terasa bergetar menahan geli nikmat rangsanganku. Cukup lama kurangsang tempiknya dengan mulut dan lidahku, sampai akhirnya tubuhnya bergetar hebat."Oh.. Yayang.. Nuke hampir.." bibirnya makin mendesah nggak karuan dan tangannya makin menenggelamkan mukaku ke tempiknya. Lalu terasa banyak cairan kental yang hangat mengalir dan membasahi mulutku, cukup banyak yang tertelan di mulutku. Tampaknya dia mengalami orgasme hebat.Lalu aku berdiri sambil mengusap mulutku yang basah, Nuke menatapku sambil tersenyum nakal, tangannya melingkar manja di pinggangku, aku makin nafsu melihatnya lalu kugendong dia ke ranjangnya dan kurebahkan tubuhnya. Kulebarkan kedua kakinya lalu aku menindih tubuhnya, Nuke terlihat pasrah hingga membuatku makin bernafsu. Lalu sambil berciuman, kugoyang-goyangkan kontolku sambil kugesek-gesekkan di bibir tempiknya.Batang kontolku terasa basah dan geli, lalu kuarahkan kontolku ke lubang tempiknya, kusodok pelan-pelan. Terasa sulit untuk memasukinya karena lubangnya sangat sempit, aku terus menggoyang-goyangkan pantatku, terasa nikmat saat helm kontolku masuk ke dalamnya. "Achh.. Yayang, pelan-pelan.. Sakit yang.." Nuke menjerit tertahan menahan sakit saat kosodok-sodokkan kontolku lebih keras. Aku memperlambat gerakanku, akhirnya kontolku masuk ke dalam tempiknya sedikit demi sedikit. "Uhh.. Achh.." desahnya saat seluruh batang kontolku tenggelam, serasa seperti dipijat-pijat dan tersedot masuk ke dalam tempiknya.Aku makin bernafsu melihat raut wajahnya yang mempesona, keringatku menetes membasahi tubuhnya, makin lama makin cepat sodokan kontolku di dalam tempiknya, suara desahan kami makin keras di kamarnya, tak peduli ada yang mendengar. Kutindih dan kupeluk Nuke sambil kujilati telinganya. "Oh Yayang.. Nuke mau lagi.. Ahh..", rintihnya. "Aku juga Say..", balasku.Saat spermaku terasa menjalar di dalam urat kontolku, gerakanku semakin cepat, akhirnya kami berdua mengalami orgasme bersamaan, spermaku muncrat memenuhi tempiknya, pelukanku makin erat, gerakanku makin melambat, tapi tangan Nuke terus mendorong pantatku agar aku terus bergerak.. "Terus.. Nuke hampir.." Lalu saat sodokanku kembali kupercepat, Nuke semakin keras meremas pantatku, pahanya makin erat menjepit pinggangku."Achh.. Achh..", desahnya saat dia mengalami orgasme kedua kalinya, terasa banyak cairan hangat membasahi kontolku, lalu gerakanku berhenti.Kupeluk terus dia sambil mencium keningnya, kontolku masih tertanam di tempiknya sampai mengecil dengan sendirinya. Kemudian kulepas perlahan, terasa geli sekali dan kulihat ranjangnya telah basah oleh cairan kami berdua. Dan terlihat ada noda merah darah di ranjang itu, kutatap wajahnya, tak ada raut penyesalan di sana. "Nuke udah nggak perawan lagi Yang.. Jangan tinggalin Nuke ya..", pintanya padaku. "Nggak mungkin aku tinggalin kamu Say, aku cinta kau..", batinku. Lalu kami berdua tidur sambil berpelukan, aku bermimpi indah sampai pagi tiba..Tak terasa matahari sudah terbit, hari sudah mulai siang, dan kulihat Nuke masih tidur pulas di sampingku sambil memelukku. Wajahnya tampak mempesona dan cantik sekali pagi itu. Aku sangat beruntung bisa memilikinya. Lalu kukecup lembut keningnya. Aku tak mau membangunkannya, jadi kutunggu saja sampai dia terbangun. Akhirnya tidak berapa lama Nuke terbangun dan menggeliat, kemudian dia menatapku. "Met pagi Say..", katanya manja sambil menciumku. "Ihh bauu.. Sana mandi dulu..", jawabku bercanda. "Gak mau kalau nggak Yayang mandiin", balasnya genit. Lalu kugendong dia ke kamar mandi di dalam kamarnya. Lalu kami berdua mandi bersama. Saat kusiram tubuhnya dengan air dingin, Nuke tampak menggigil dan memelukku lagi. "Yayang.. Dingin nih.. Ntar aja mandinya ya..", pintanya manja.Lalu dia mulai merangsangku lagi, puting susuku dijilati dan tangannya mulai nakal meremas kontolku yang masih tidur. Lidahnya berputar-putar mengelilingi puting susuku, rasanya benar-benar nikmat sekali. Makin lama kontolku mulai tegak lagi karena tak tahan menahan rangsangannya. Ketika tanganku ingin meremas buah dadanya, Nuke langsung menepisnya.."Nggak boleh.. Aku mau puasin Yayang dulu..". katanya.Lalu ciumannya perlahan mulai turun ke perut dan pinggangku, benar-benar geli dan nikmat sekali. Aku cuma bersandar di dinding menikmati rangsangannya. Lama kelamaan bibirnya mulai turun kearah kontolku, perlahan dijilatinya mulai pangkal sampai helmnya. Aku benar-benar dimanja oleh sentuhannya yang begitu lembut. Sekali-kali matanya menatapku nakal, aku benar-benar tak tahan dibuatnya. Kontolku terus dikulum sambil dikocok perlahan."Ahh udah say.. Sini gantian..", bisikku lirih.Lalu kubalikkan badannya membelakangiku dan aku jongkok di belakangnya, langsung saja kujilati vaginanya, baunya begitu harum khas wanita, kujilati perlahan sambil sesekali lidahku masuk ke dalamnya. Nuke mulai mendesah.. "Oh.. Yayang..", aku semakin bersemangat merangsang klitorisnya, tanganku juga meremas pantatnya yang membulat bersih. Lalu jilatanku mulai naik ke lubang pantatnya.. "Ihh geli Yang..", desahnya sambil tertawa kecil, jemariku kini mulai kumasukkan ke dalam vaginanya dan kuputar perlahan sehingga menimbulkan sensasi pada tubuhnya. Getaran kakinya mulai terasa dan desahnya mulai tidak karuan."Oohh.. Achh", lalu aku berdiri dan kontolku kini mulai kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Kumasukkan perlahan dan kugoyangkan pelan-pelan, kami sangat menikmati permainan yang lembut ini.Akhirnya kontolku benar-benar terbenam seluruhnya di dalam vaginanya, tanganku terus meremas-remas pantatnya. Nukepun juga ikut bergerak maju mundur seirama dengan gerakanku. Lalu saat gerakan kupercepat, Nuke tampak sudah tak tahan menghadapi gempuranku, tubuhnya mulai bergetar dan desahnya makin keras di dalam kamar mandi. Orgasmenya mulai mengalir membasahi kontolku, begitu basah dan hangat terasa, lalu kurasakan spermaku mulai mengalir di dalam batang kontolku dan gerakanku makin cepat menyodok tempiknya. Akhirnya sperma telah berada di ujung kontolku dan ketika akan kutarik keluar, Nuke menahannya.. "Yayang, dikeluarin di dalam saja.."Akhirnya aku tak jadi menarik kontolku dan melanjutkan sodokanku, lalu spermaku muncrat membasahi vaginanya. Mataku terpejam menikmati orgasme yang begitu hebat itu. Akhirnya saat permainan telah selesai, kupeluk dan kukecup lembut keningnya, lalu kami berdua meneruskan mandi sambil saling membasuh tubuh dan bercanda.
Diposkan oleh Haryo Saru di 23:22 0 komentar
Label: Uncategorized
Kenangan Asmara yang Indah
Beberapa tahun yang lalu, Jaka, saat itu 29 tahun, adalah satu eksekutif muda di suatu perusahaan ternama di Jakarta. Istrinya, Dewi, saat itu 24 tahun, adalah ibu rumah tangga yang aktif di beberapa kegiatan organisasi. Mereka dikaruniai 1 orang anak. Siang itu di ruangan kerja Jaka, Wenny, sekretaris Jaka sedang menghadap Jaka untuk menyerahkan beberapa berkas laporan.“Semua berkas sudah aku serahkan. Ada perlu apa lagi Pak?” tanya Wenny sambil tersenyum manja. “Ada..” kata Jaka. “Apa?” tanya Wenny lagi sambil tetap tersenyum. “Nanti jam istirahat kita makan dimana?” tanya Jaka sambil tersenyum. “Ih, dasar.. Mau lagi ya?” tanya Wenny sambil tetap tersenyum. “Kan baru kemarin aku kasih..” kata Wenny lagi. “Kamu menggairahkan sih..” kata jaka sambil meremas pantat Wenny. “Ya sudah nanti siang kita ke tempat biasa saja, ya?” tanya Jaka. Wenny mengangguk. “Suami kamu belum pulang, ya?” tanya Jaka. “Belum. Dia masih di Semarang. Wah kalau dia ada disini, mana bisa kita berduaan. Dia pasti ajak aku makan siang bersama,” kata Wenny. “Ya sudah kalau begitu. Bereskan semua kerjaan kamu..” kata jaka.Wenny lalu meninggalkan ruangan tersebut. Tengah harinya Jaka dan Wenny terlihat meluncur ke sebuah hotel. Setelah check-in, mereka segera masuk ke kamar. “Aku selalu merindukan kamu,” kata Jaka sambil memeluk pinggang Wenny lalu mencium bibirnya. Wenny membalasnya dengan panas. Lidah Wenny bermain liar di dalam mulut Jaka, sementara tangannya meremas selangkangan Jaka yang sudah terlihat menggembung. “Ohh.. Kamu sangat pintar dan memuaskan.. Mmhh,” bisik Jaka sambil meremas pantat Wenny. “Cepat buka bajunya..” kata Wenny kepada Jaka sementara dia sendiri mulai melucuti semua pakaiannya.Setelah keduanya telanjang, tangan Wenny menarik tangan Jaka ke ranjang lalu mendorongnya agar telentang. Dijilatinya puting susu Jaka lalu turun ke perut, sementara tangannya meremas dan mengocok kontol Jaka yang sudah tegang. “Ohh sayang..” desah Jaka sambil terpejam.“Ohh.. Mmhh..” desah Jaka makin keras terdengar ketika kontolnya terasa hangat dan nikmat berada dalam kuluman mulut Wenny. “Terus, Wen.. Teruss..” bisik Jaka sambil terpejam dan menggoyangkan pinggulnya.Setelah beberapa lama, Wenny menghentikan hisapannya pada kontol Jaka. Dia bangkit lalu naik dan mencium bibir Jaka. Kemudian dalam posisi mengangkangi wajah Jaka, Wenny mendekatkan memeknya ke mulut jaka. “Jilati, sayang..” bisik Wenny. Lidah Jaka tak lama kemudian sudah bermain di belahan memek Wenny. “Oww..” desah Wenny sambil terpejam sambil menggoyangkan pinggulnya. “Oh sayangg.. Ohh..” desah Wenny keras ketika kelentitnya dijilat lidah Jaka. “Terus sayang.. Terusshh..” desah Wenny sambil mendesakkan memeknya ke mulut jaka.Lalu digoyang pinggulnya lebih cepat sambi Jaka agak gelagapan tak bisa bernafas. “Ohh.. Ohh.. Ohh..” jerit Wenny ketika terasa ada yang menyembur di dalam memeknya.“Nikmat sekali sayang..” kata Wenny tersenyum sambil menurunkan badannya dan berbaring di samping Jaka.Jaka yang sudah bernafsu, langsung bangkit lalu membuka kaki Wenny lebar sehingga memeknya tampak terbuka. Diarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny. Dengan sekali tekanan, bless.. Kontol Jaka sudah masuk ke dalamnya. Wenny terpejam menikmati nikmatnya rasa yang ada ketika kontol jaka dengan perkasa keluar masuk di dalam memeknya.“Ohh.. Fuck me!” desah Wenny sambil menatap mata Jaka. “Aku selalu bergairah kalau melihat kamu di kantor..” kata Jaka di sela-sela persetubuhan itu. “Kenapa?” tanya Wenny sambil tersenyum. “Karena kamu sangat sexy..” kata jaka lagi sambil terus memonpa kontolnya. “Aku pengen ganti posisi..” kata Wenny. Jaka menghentikan gerakan dan mencabut kontolnya dari memek Wenny. Wenny kemudian bangkit lalu nungging. “Cepat masukkan, sayang..” kata Wenny.Jaka mengarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny yang jelas terbuka. Lalu, blep.. blep.. blep.. Kontol jaka kembali keluar masuk memek Wenny. “Ohh..” desah wenny sambil memejamkan matanya. Setelah beberapa lama, Jaka makin cepat mengeluar masukkan kontolnya ke memek Wenny. Kemudian Jaka mendesakkan kontolnya dalam-dalam sampai amblas semua ke dalam memek Wenny. Crott! Crott! Crott! Air mani Jaka muncrat di dalam memek Wenny banyak. “Ohh.. Enak sekali sayang..” kata Jaka sambil mencabut kontolnya.“Hisap, sayang..” kata Jaka. Wenny lalu bangkit kemudian tanpa ragu kontol Jaka dijilat membersihkan sisa air mani di batangnya. Kemudian mulutnya langsung mengulum dan menghisap kontol Jaka. “Sudah sayang..” kata Jaka, lalu mencium bibir Wenny mesra.Setelah berpakaian dan merapikan diri, mereka segera pergi untuk makan siang dan melanjutkan pekerjaan di kantor. Sore harinya, Jaka pulang ke rumah. Dewi dan anaknya menyambut gembira kepulangan Jaka. Setelah mandi, Jaka duduk dengan Dewi di ruang keluarga sambil memangku anaknya. “Mau makan, tidak?” tanya Dewi. “Nanti sajalah.. Aku masih kenyang,” sahut Jaka. “Nanti hari Minggu kita ajak anak kita berenang ya?” ajak Dewi.“Boleh..” jawab Jaka pendek sambil membuka-buka koran.Malam harinya, di tempat tidur, Dewi yang sedang naik birahi, sedang memeluk tubuh Jaka yang sedang memejamkan matanya. “Ayo, dong..” bisik Dewi. “Apa sih?” kata Jaka sambil tetap memejamkan matanya. “Aku pengen..” kata Dewi memohon. “Aku capek seharian kerja, sayang.. Besok lagi ya..” kata jaka sambil mengecup bibir Dewi lalu kembali memejamkan matanya.Dewi yang merasa kecewa hanya diam. Hari Minggu, sesuai dengan rencana, Jaka dan Dewi pergi ke kolam renang untuk mengantar anaknya. Disana sudah banyak yang berenang. Tua muda, laki perempuan. Setelah Dewi berganti pakaian renang dengan anaknya, mereka langsung masuk kolam. Jaka hanya duduk di pingir kolam melihat istri dan anaknya. “Tidak ikut berenang, Mas..” tanya seorang pria mengagetkan Jaka. “Eh, tidak.. Males,” kata Jaka sambil melirik ke orang tersebut. “Kenalkan, saya Edi..” kata pria itu. “Jaka,” kata Jaka sambil bersalaman.Jaka menatap Edi. Sangat ganteng dan tubuh Edi sangat bagus seperti orang yang sering fitness. Juga terlihat celana renang mininya sangat menggembung bagian depannya pertanda dia punya kontol yang besar. “Boleh saya duduk disini?” kata Edi. “Oh, boleh.. Boleh..” kata Jaka. Edi duduk berhadapan dengan Jaka. Jarak mereka cukup dekat. Mereka bicara ngalor ngidul tentang keluarga, pekerjaan dan lain-lain. Pada mulanya Jaka biasa saja, tapi entah kenapa lama-kelamaan Jaka sangat suka pada wajah ganteng Edi. Ditatapnya lekuk wajah Edi yang sempurna. Ada perasaan berdesir di hatinya. Apalagi ketika melihat Edi tersenyum, jaka merasa sangat ingin mengecup bibirnya. Jaka akhirnya menjadi salah tingkah. “Kenapa, Mas?” tanya Edi sambil tersenyum.Dengan sengaja tangannya menggenggam tangan Jaka. Jaka berdesir darahnya. Entah kenapa ada perasaan senang ketika tangannya digenggam. “Tidak apa-apa..” kata Jaka sambil menatap Edi. Mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Hati Jaka benar-benar tak menentu ketika saling bertatapan sambil digenggam tangannya. “Kita bicara di tempat yang lebih nyaman saja, Mas..” kata Edi.Jaka diam sambil melirik anak istrinya yang sedang berenang. Jaka bangkit lalu menghampiri mereka di tepi kolam. “Aku keluar sebentar dengan dia ya, sayang? Ada sedikit bisnis..” kata jaka sambil menunjuk Edi. Edi tersenyum dan mengangguk ke Dewi ketika Dewi meliriknya. Dewipun tersenyum. “Jangan lam-lama ya..” kata Dewi. “Iya,” kata Jaka sambil bangkit lalu menghampiri Edi. “Kemana kita?” tanya Jaka. “Kita bicara di tempat parkir saja biar tenang..” kata Edi sambil melangkah diikuti Jaka.Jaka terus menatap tubuh dan bokong Edi dari belakang. Darahnya semakin berdesir. Setelah Edi berganti pakaian, mereka lalu menuju tempat parkir. “Di dalam mobil saya saja kita bicara,” kata Edi sambil membuka pintu mobil berkaca gelap. “Lebih tenang dan nyaman,” kata Edi lagi. Merekapun segera masuk. “Saya suka kepada Mas.. Mas cakep,” kata Edi sambil mengenggam tangan Jaka.Jaka terdiam sambil menatap Edi. Hatinya berdebar disertai dengan munculnya satu gairah aneh ketika menatap Edi. Edi tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jaka. Tak lama bibirnya mengecup bibir Jaka. Jaka terdiam, tapi perasaannya sangat senang. Lalu tak lama Jaka membalas kecupan bibir Edi. Ciuman mereka makin lama makin liar disertai permainan lidah.. “Buka celananya, Mas.. Waktu kita tidak banyak, anak istri Mas menunggu,” kata Edi sambil dia sendiri melepas celana pendek dan celana dalamnya.Tampak kontolnya sudah tegak. Jaka agak ragu untuk melepas celananya. Edi tersenyum lalu tangannya segera membuka sabuk dan resleting celana Jaka. Kemudia diperosotkannya celana Jaka sampai lepas. Celana dalam Jaka tampak menggembung. Edi lalu melepas celana dalam Jaka. “Kontol Mas sangat besar,” kata Edi sambil meremas kontol Jaka.Jaka terdiam sambil merasakan suatu sensasi kenikmatan ketika kontolnya dikocok oleh sesama lelaki. Apalagi ketika mulut Edi telah mengulum kontolnya. Jaka terpejam sambil meremas rambut Edi. “Ohh..” desah Jaka. Edi terus menjilat, menghisap, dan mengocok kontol Jaka.“Gantian, Mas..” kata Edi. Sambil menempatkan diri di kursi. Dengan agak ragu, karena pertama kali, Jaka menggenggam kontol Edi yang tegang berdenyut. Matanya terus menatap kontol yang digenggamnya. “Kocok, Mas..” bisik Edi.Jaka secara perlahan mengocok kontol Edi. Edi terpejam menikmatinya. Lama kelamaan Jaka makin asyik menikmati permainan tersebut. Dengan gairah yang makin lama makin tinggi, tangannya terus mengocok kontol Edi. Lalu tanpa ragu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Edi. Ada cairan bening asin dan gurih terasa. Jaka terus melumat kontol Edi dan menghisapnya sambil sesekali mengocoknya. “Ohh.. Nikmatthh..” desis Edi sambil meremas rambut Jaka.Tak lama tubuh Edi mengejang. Didesakan kepala Jaka hingga kontolnya hampir masuk semua ke mulut Jaka. Lalu, crott! crott! Air mani Edi muncrat di dalam mulut Jaka. Jaka langung melepaskan kulumannya. Perutnya terasa mual ketika air mani Edi muncrat di dalam mulutnya. Banyak air mani di dalam mulut Jaka yang akan diludahkan. “Jangan diludahkan!” kata Edi sambil dengan cepat melumat bibir Jaka.Dihisapnya semua air mani di mulut Jaka sampai habis lalu ditelan. Lalu dilumatnya lagi bibir Jaka. Mereka berciuman liar sambil saling kocok kontol. Tak lama kemudian Edi naik ke pangkuan Jaka. Diarahkan lubang anusnya ke kontol Jaka. Setelah masuk. Secara perlahan tubuh Edi naik turun sambil matanya terpejam menikmati nikmatnya kontol jaka di anusnya. Sementara Jaka juga terpejam sambil menggerakan kontolnya keluar masuk anus Edi. “Ohh.. Sshh..” desis Jaka merasakan nikmatnya kontol keluar masuk anus Edi. “Enak, Mas?” bisk Edi.Jaka tak menjawab. Hanya pejaman mata dan desahan kenikmatan saja yang keluar dari mulutnya. “Aku mau keluarrhh..” bisik Jaka. Gerakannya makin cepat. “Keluarkan.. Puaskan..” bisik Edi.Jaka memegang pinggang Edi lalu didesakan ke kontolnya hingga kontol Jaka masuk semua ke anus Edi. Croott! Croott! Croott! Air mani Jaka muncrat di dalam anus Edi. “Ohh.. Nikmat sekali..” kata Jaka lemas sambil memeluk tubuh Edi. Edi bangkit lalu mulutnya segera menjilat dan menghisap kontol Jaka yang berlumuran air mani sampai habis. Setelah itu mereka berciuman.. “Kapan kita bisa bertemu lagi,” kata Edi sambil berpakaian. “Kapanpun kamu mau,” kata Jaka sambil berpakaian pula lalu menyerahkan kartu namanya kepada Edi.Setelah berciuman mesra sebentar, Edi segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Jaka segera kembali menemui keluarganya di kolam renang. “Bisnis apa sih?” tanya Dewi.“Lumayanlah sebagai sampingan, siapa tahu berhasil,” kata Jaka.Dewi diam karena dipikirnya jaka benar-benar berbisnis dengan Edi. Begitulah, sejak saat itu Jaka telah benar-benar menjadi petualang seks yang hampir melupakan keluarganya. Telah sangat banyak wanita yang dikencaninya, juga sangat banyak laki-laki yang dipacarinya. Tapi tetap Jaka menjadikan Edi sebagai kekasih utamanya. Memang secara materi, Jaka selalu memberikan apapun dan berapapun yang Dewi butuhkan. Tapi tidak secara batiniah.. Dewi sebetulnya sudah mulai merasa jenuh dan tersiksa akan kehampaan batinnya.Sampai suatu ketika.. Hari Minggu itu Jaka pamit kepada Dewi untuk bertemu Edi di suatu tempat demi kepentingan bisnis. Sebenarnya Jaka menemui Edi di suatu motel untuk berkencan. Setelah check-in, mereka segera masuk kamar. “Lama amat sih, Mas,” kata Edi sambil memeluk Jaka lalu melumat bibirya. Jaka tidak menjawab, hanya balasan lumatan bibirnya saja yang menandakan kalau Jaka bergairah. Sambil tetap berciuman, tangan Edi dengan cepat membuka semua kancing baju dan resleting celana Jaka. “Buka bajunya, Mas..” kata Edi tak sabar.Jaka lalu melepas semua pakaiannya sambul tersenyum. Setelah Jaka telanjang, Edi langsung jongkok lalu mengulum kontol Jaka dengan bernafsu.. Begitulah, mereka memacu birahi saat itu tanpa menyadari ada seorang wanita dan anak kecil yang duduk menunggu di depan kamar mereka. Dialah Dewi.. Sebetulnya Dewi sudah lama mendengar selentingan tentang kelakuan Jaka. Tapi Dewi tetap bertahan karena rasa cintanya kepada Jaka masih besar kala itu, juga karena tidak ada bukti. Setelah selesai melampiaskan nafsu birahi mereka, Jaka dan Edi berciuman lalu segera berpakaian. Sambil berpegangan tangan dan tersenyum penuh arti, mereka membuka pintu kamar untuk pulang. Ketika pintu terbuka.. Jaka terkesiap darahnya tanpa bisa bicara sepatah katapun. Matanya nanar menatap Dewi dan anaknya.“Aku sudah lama mendengar kelakuan kamu dari teman-teman kamu..” kata Dewi dengan nada datar bergetar menahan amarah. “Kalau kamu berhubungan hanya dengan perempuan, aku masih bisa memaafkan kamu..” kata Dewi dengan suara mulai terbata-bata. “Tapi tidak dengan kelakuan menjijikan ini!” suara Dewi mulai meninggi sambil berderai air mata. “Aku minta cerai!!” bentak Dewi. “Sekarang juga aku mau pulang ke rumah orang tua.. Jangan temui aku dan anakmu lagi!” bentak Dewi lagi. “Aku akan kirim gugatan cerai untuk kamu tanda tangani lewat pengacara..” kata Dewi lagi sambil segera menarik tangan anaknya dan berlari ke jalan untuk memanggil taksi. Jaka dan Edi hanya diam mematung..*****
Diposkan oleh Haryo Saru di 23:15 0 komentar
Label: Uncategorized
Birahi Anak Kost
Kisah ini bermula ketika aku mencari tempat kost di daerah sekitar kampus. Setelah sekian lama berputar-putar, akhirnya sampailah aku di suatu rumah. Lokasinya enak, sejuk dan rindang. Dalam hati aku menjadikan rumah ini sebagai kost cadangan seandainya aku tidak mendapatkan tempat kost. Setelah ngobrol dengan ibu kost tentang masalah harga, datanglah anak ibu kost yang nomor 3, namanya Mbak Desi (itu kuketahui setelah aku kost di situ). Pertama melihat Mbak Desi aku langsung bergetar, gila cantik sekali. Sempat terselip di benakku untuk berhubungan badan dengannya tapi perasaan itu langsung kusingkirkan sebab di depanku ada ibunya, jadi aku berpura-pura manis dan tersenyum pada Mbak Desi.Setelah sekian lama, akhirnya aku kost di situ. Dan hari-hariku kusempatkan mencuri perhatian ke Mbak Desi, tiap kali kupandangi dia makin kelihatan inner beauty-nya. Begitu cantik dan tidak bosan-bosan dipandang. Dan yang membuatku semangat untuk mengejarnya adalah dia juga memberi respon atas kerlingan-kerlingan mataku dan tingkahku. Walaupun dia sudah bersuami dan mempunyai anak satu, tapi keindahan tubuhnya masih kelihatan, ini terbayang dari baju tidur yang dia kenakan tiap pagi, tipis dan tembus pandang, jadi kalau Mbak Desi berjalan aku selalu ada saja acara untuk mengikutinya entah mandi, ke belakang atau entah apa saja yang dia lakukan. Dan sesekali kalau rumah sedang sepi, aku berjalan di belakangnya sambil mengocok batang kemaluanku yang selalu tegang bila melihat dia sambil berimajinasi berhubungan badan dengan Mbak Desi.Ini kulakukan beberapa kali, sampai suatu saat ketika aku sedang mengocok batang kemaluanku, tiba-tiba Mbak Desi berbalik dan berkata, “Entar kalau udah keluar di lap ya..” tentu saja aku jadi belingsatan, tapi aku cepat menguasai situasi, dengan berterus terang sama Mbak Desi, “Entar Mbak, tanggung nich..” dan aku pun makin mempercepat kocokanku dengan harapan aku semprotkan di perut Mbak Desi, sebab waktu itu Mbak Desi berbalik dan berhadap-hadapan denganku. Dan tanpa di sangka Mbak Desi membungkuk dan mengulum batang kemaluanku, tentu saja aku makin terangsang oleh sentuhan-sentuhan lidah Mbak Desi, tampak Mbak Desi mengulum dengan penuh nafsu diiringi oleh sedotan-sedotan dan gigitan kecilnya, sesaat kemudian kemaluanku mulai berdenyut dan makin menegang keras.“Terus Mbak.. oh.. oh.. oh.. enak Mbak..” bagaikan melayang di awan kepalaku mulai berkunang-kunang, dan Mbak Desi pun sepertinya tahu situasi saat itu, dia pun mulai mengocok dengan tangannya dengan irama cepat. “Ooh.. Mbak.. Mbak.. aku mau keluar Mbak.. oh.. oh.. oh.. sshh.. shh.. ah..” Crott.. croott.. keluarlah air maniku banyak sekali membasahi bibirnya berkilat-kilat diterpa sinar lampu dapur. Dan tanpa pikir panjang aku langsung mengulum bibirnya yang masih dipenuhi spermaku, sambil aku bergerilya di sepanjang dadanya, yang kira-kira berukuran 36. Setelah beberapa saat dia mulai mengendurkan ciumannya dan berkata, “Sekarang bukan waktunya Dik..” Kejadian di dapur itu selalu teringat olehku dan selalu menjadi imajinasiku.Hari berikutnya aku makin sering menggoda dia, tanpa sepengetahuan suaminya. Suatu saat suaminya ada keperluan keluar kota, saat itulah yang kutunggu-tunggu untuk iseng mengajaknya jalan, dengan alasan ingin diantar ke Cihampelas membeli baju. Mbak Desi pun mau, jadilah aku keluar bersama dia. Di tengah perjalanan aku ngobrol dengannya, mengorek tentang rumah tangganya terutama masalah kehidupan seksualnya. Ternyata dia saat itu sedang suntuk di rumah dan ingin main keluar, langsung saja kusambut kesempatan itu, kuajak dia main ke daerah pegunungan di Lembang.Di sana dingin sekali, dan aku mulai memberanikan diri memegang tangan dan pahanya. Sambil menggodanya, “Mbak dingin-dingin gini enaknya apa ya..” kataku. “Ee.. apa ya..” katanya. “Kita sewa hotel aja yuuk.. Mbak Desi kedinginan nich..” katanya lagi. Sebuah permintaan yang membuatku deg-degan, langsung saja kubelokkan ke sebuah hotel yang kelas Rp 50.000-an,“Gimana Mbak, udah anget belum..” tanyaku di dalam kamar. “Anget gimana? tidak ada yang memeluk kok anget..” jawab dia. “Bener nich..” kataku.Langsung saja kudekati dia dan tanpa canggung lagi aku mulai mencium bibirnya, dan dia pun membalas, ternyata dia begitu mudah terangsang oleh ciumanku yang langsung kuteruskan dengan menjilati leher disertai dengan gigitan kecil. Aku pun mulai bergerilya dengan menelusupkan tanganku di balik kaosnya. Busyet, dia tidak memakai BH di payudara yang berukuran 36B. Aku buka kaosnya dan tampaklah sebuah gundukan 36B dengan puting yang merah kecoklatan. Begitu bersih dan putih tubuhnya, kujilati leher dan pelan-pelan turun ke dadanya. Mbak Desi pun melengus perlahan sambil mengacak-acak rambutku. Hingga sampai saat aku melingkar-lingkarkan lidahku di seputar puting susunya, dia makin keras melenguh, hal itu makin membuat nafsuku memuncak, “Iseep.. Dik.. iseepp.. teruss.. aahh..” Kusedot putingnya dan saking memuncaknya nafsuku, kugigit putingnya, dia semakin menggila mendesah-desah tak karuan.Perlahan-lahan aku memasukkan tanganku di balik celana jeansnya. Oh, begitu lembut bulu kemaluannya disertai dengan basahnya bibir kemaluannya. Kulepas baju dan celananya sampai keadaan telanjang bulat, begitu mulus tubuhnya, sejenak kupandangi tubuhnya dengan tertegun, lalu aku gantian melepas semua baju dan celanaku hingga kami berdua telanjang bulat tanpa selembar benang pun. Kugigit-gigit kecil dan jilati perutnya perlahan-lahan sambil terus turun ke arah pangkal pahanya, terus turun sampai ke telapak kaki kiri dan kanan. Kubalikkan badannya hingga dia tengkurap, lalu dari belakang leher kujilati perlahan-lahan sambil menggigit kecil dan turun, “Ohh.. Diikk.. terus Dikk.. oh.. oh.. enak Diikk..” erangan Mbak Desi disertai dengan belaian usapan telapak tangan lembutnya. Terus turun dari punggung ke arah pantat, sampai di pantat kugigit dia saking menahan nafsuku, dia pun meregang menjerit kecil.Lalu hingga tiba di daerah selangkangannya, kulihat kemaluannya merah dan basah berkilat-kilat oleh karena lendir birahi, pelan-pelan kujilati pinggiran kemaluannya dengan gerakan melingkar di pinggir kemaluannya. Aku pun mulai membuka bibir kemaluannya dengan kedua tanganku tampaklah klitorisnya yang sudah menegang berwarna merah. Perlahan-lahan kujilat klitorisnya pelan tapi pasti sambil kugerakkan naik turun sepanjang garis kemaluannya. Mbak Desi pun makin mengerang, menghempaskan badannya ke kiri dan ke kanan sambil sesekali menjambak rambutku disertai teriakan kecil.Beberapa saat kemudian Mbak Desi mulai mengejang dan bergetar sambil meringis menahan sesuatu, “Ahh.. ahh.. Dik.. aku keluuaar..” sambil menggigit bibirnya. Mbak Desi bangkit lalu mambalikkan badanku hingga aku pun terhempas telentang, dia mulai mencium bibirku, leher dan tibalah di daerah paling sensitifku, di kedua putingku, aku mulai mendesah ketika Mbak Desi menjilatinya, Mbak Desi tanggap akan hal itu, dia terus menjilatinya dan karena aku tidak tahan lagi kusuruh dia menggigitnya keras-keras. Aku pun blingsatan menahan nikmat tak terkira, makin keras gigitannya makin puas kurasakan.Di tengah kenikmatan itu tiba-tiba ada sesuatu yang merasuk dan menancap di kemaluannku, gila rasanya mau meletup dan pecah kepala ini merasakan kenikmatan itu, ternyata Mbak Desi sambil mengigit putingku dia memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. “Bless..” batang kemaluanku yang masih kering itu pun terbenam di belahan daging hangat dan basahnya. Aku sempat menggigit dada Mbak Desi karena kenikmatan itu. Perlahan-lahan Mbak Desi menggerakkan badannya naik turun, sedangkan aku hanya terpejam diam menikmati surga dunia itu, “Aah.. ah.. ah.. gila kau Mbak.. gila kamu.. ah.. Mbak pintar sekali.. enak Mbak.. oh.. terus.. ah.. ah..” aku mengerang kenikmatan. Mbak Desi yang terus menggoyang badannya membungkuk lalu menjilati dan menggigit putingku, satu gaya yang bisa membunuhku dengan kenikmatan, aku pasrah pada situasi. “Bunuh aku dengan tubuhmu Mbak..” kataku, Mbak Desi hanya tersenyum simpul. Mbak Desi tetap di atasku tapi posisi punggungnya membelakangiku, aku kurang sreg lalu kusuruh dia berbalik lagi, Mbak Desi berbalik lagi dan dia menyodorkan payudaranya ke arah mulutku, aku pun mulai menghisap dan mengulum sekuatku.Tiba-tiba tubuh Mbak Desi bergetar hebat sambil meremas kedua lenganku dan kadang-kadang mencakarku, dia keluar untuk kedua kalinya. Aku berhenti sebentar, supaya kondisi kemaluannya pulih kembali sebab dia sudah mencapai puncak orgasmenya. Aku ganti di atas, perlahan-lahan kuarahkan kemaluanku ke depan bibir kemaluannya, sengaja tidak kumasukkan dulu tapi kubuat main-main dulu dengan cara kuserempetkan ujung kepala kemaluanku ke klitorisnya, dia mulai mengerang lagi. Dengan perlahan kumasukkan batang kemaluanku ke lubang kenikmatannya yang sudah basah oleh semprotan cairan Mbak Desi.“Bluess..” batang kemaluanku dengan gagahnya maju memasuki liang surga Mbak Desi. “Ooh.. Dik.. enak Dik.. oh.. terruus.. Dik.. ohh.. oohh..” sambil tangannya meremas kedua putingku. Aku semakin mempercepat goyangan, setelah beberapa lama keringatku pun membasahi dada Mbak Desi, butir demi butir laknat pun jatuh seiring dengan bertambahnya argo dosaku, tubuh kami berdua berkeringat hingga kami pun bermandi peluh. Justru hal itulah yang membuatku makin bernafsu. Sambil merem melek aku menikmati hal itu, hingga perutku mulai mengeras, otot perut mulai mengencang siap untuk meledakkan sesuatu, bergetar hebat.“Oh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak.. oh.. aku mulai keluar Mbak.. Keluarin di mana Mbak.. dalem ya.. oh.. oh..” aku mengerang kenikmatan. “Keluarin di dalam aja Dik, Mbak juga sudah mulai keluar kok.. yah.. yah.. terus Dik.. dipercepat.. ya begitu.. oh.. oh terus Dik..” dengan menjerit Mbak Desi terlihat pasrah. “Ooh.. Mbak.. sekarang.. Mbak.. oh.. ah.. ahh.. sshh.. ah..” “Croot.. croott.. croott.. crett..” kusemburkan spermaku di dalam liang kemaluan Mbak Desi, begitu banyak spermaku sampai-sampai tertumpah di sprei.Aku menjatuhkan badan di sisi Mbak Desi dengan mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, Mbak Desi bangun dan mengulum batang kemaluanku yang masih berlepotan spermaku, menjilat dan mengulumnya sampai bersih, rupanya dia menelan sisa-sisa sperma yang ada di batang kemaluanku, lalu terjatuh di sisiku juga. Kami berdua terengah-engah dengan nafas memburu, mencoba memahami apa yang kami lakukan tadi. “Thank’s Mbak..” kukecup kening dan pipinya sambil meremas payudaranya. “Ya aku puas dengan kamu Dik..” kata Mbak Desi.Akhirnya kami terus melakukan hubungan itu, di mana pun dan kapan pun, di dapur, di kamar mandi, di kamarku, di saat sepi. Hingga kini kami terhanyut oleh kenikmatan surga dunia yang tiada bosan-bosannya kami rasakan.
Diposkan oleh Haryo Saru di 23:08 0 komentar
Label: Oedipus
Selasa, 2008 Februari 26
Ngincer Anak, Dapat Ibunya
Selama menjadi mahasiswa di ibukota provinsi ini, aku selalu dan hampir setiap hari mengunjungi perpustakaan milik pemerintah provinsi, sehingga hampir semua pegawai yang bekerja pada instansi ini mengenalku dan akrab denganku, baik yang pria dan wanitanya.Namun dalam pikiran nakalku yang mampu menilai sesorang, hanya terdapat dua orang ( yang jelas wanita ) yang mampu menarik perhatianku sehingga aku selalu memberikan atensi yang lebih terhadap dua orang ini. Yang pertama adalah staf bagian informasi dan teknologi yang sebut saja namanya Mbak Diah, aku memanggilnya begitu, 32 th-an, perempuan cantik semampai proporsional berkulit putih berambut sepunggung yang selalu memakai supra-nya setiap ke kantor, belum menikah dan aku belum terlalu mendalami kehidupan pribadinya.Kedua adalah staf administrasi yang berkantor di lantai tiga bangunan ini, Ibu Ayu, manis berambut sebahu, 37 th-an, corak standar manusia-manusia Indonesia, menikah dan punya 2 anak, yang paling kecil SMP kelas 2 dan satunya SMU kelas 3, escudo kuning yang selalu menemaninya tiap pagi saat berangkat ke kantor.Dari kedua wanita tersebut hanya dengan Ibu Ayu saja aku tampak lebih akrab sehingga aku pun mengetahui dengan benar seluk beluk kehidupan rumah tangganya beserta dengan segala masalah yang dihadapinya.Suatu siang, saat aku baru datang, kulihat Ibu Ayu sedang melihat TV yang memang sengaja dipasang di lobby untuk para pengunjung instansi ini, kudekati dan duduk di sebelahnya.“Siang, Bu!, lagi santai nih?” Tanyaku membuka percakapan. “Eh, Dik Adi!, iya, tadi habis kunjungan keluar bareng ibu kepala dan nganter si Santi (putri tertuanya) pulang. Udah selesai kuliahnya?” jawabnya. “Sudah.., tadi cuma ada satu mata kuliah” “O gitu!, O ya, ntar malam di Cafe ada konsernya Peterpan, mau nonton nggak?” “Sama Santi, ya!, ntar saya ikut!” Kataku merajuk soalnya anaknya itu menuruni kecantikan ibunya sewaktu muda. “Ya, nanti Santi tak suruh ikut!” “Lha emang Bapak kemana, Bu?” “Lagi mengikuti Pak Walikota ke Jakarta sampai tiga hari mendatang” “Okelah kalau begitu, nanti sore saya kesini lagi, trus berangkat!” “Sip kalau begitu ” Jawabnya senang.Sore yang dijanjikan pun tiba, aku masuk kedalam kantornya dan menemukan dia sedang membereskan beberapa map pekerjaannya. “Tunggu di bawah ya, Dik!, aku mau ganti baju, dan tadi Santi telepon katanya tidak bisa ikut karena besok ada ulangan dan agak tidak enak badan” Katanya menyambutku. Dan aku pun mengeluh, gagal deh kencan dengan Santi. Tak berapa lama kutunggu, Ibu Ayu sudah menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi blus ketat dengan jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda dalam soal dugem. “Ayo!” Ajaknya. Aku pun mengikutinya menuju escudo kuningnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut. “Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku. “Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam lapan buat nonton konser ? ” Usulnya. “Boleh juga!, dimana?” “Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!” Aku pun mengangguk mengiyakan nya.Di sebuah resto china dijalan protokol kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah sosial maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Ayu menceritakan padaku tentang bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya. “Wah, kalau soal itu saya tidak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum pernah berumah tangga.” kataku meresponnya. “Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Adi sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis. “Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita ngga terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya. Dan aku pun tertawa mendengar kelakar tersebut.Ketika waktu telah menunjukkan saatnya, kami keluar dari resto tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser tampak Ibu Ayu sangat menikmati suasana tersebut sambil sesekali mengenggam tanganku, sehingga mau tidak mau pun aku menjadi ikut terbawa oleh suasana yang menyenangkan. Konser pun berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan bersenandung, kami menuruni tangga cafe, yang entah karena apa, Ibu Ayu terpeleset namun untunglah aku sempat memeganginya namun salah tempat karena secara reflek aku menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu Ayu terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan enggan melepaskannya. “Bu, eh..Mbak, udah dong, malu ntar dilihat orang” Kataku. Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Ayu sedikit pincang kaki nya.Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Ayu, karena aku sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengantar kerumahnya untuk memastikan keadaannya. Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya sudah tidur semua kurasa, dan aku pun duduk di sofa sambil sejenak melepaskan lelah. Sambil terpincang-pincang, Ibu Ayu membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. Aku jadi teringat kejadian di tangga cafe tadi. “Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.” Kataku. “Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati si, pegel banget nih!” Katanya. “Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya sampai selutut.Dia pun merebahkan badannya agar aku bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia bangkit sambil ikut memijiti kakinya sendiri. Saat tangan kami bersentuhan ada getar-getar halus yang kurasakan menggodaku namun berhasil kutepiskan. Namun tak disangka, Ibu Ayu memegang lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya. “temani aku malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku. Kurasa habislah pertahanan ku kali ini. Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, aku pun memberikan respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah. Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, sedangkan aku meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Ayu menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka baju, hanya tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya sampai Mbak Ayu mendesah-desah, sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya. Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya, dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Saat kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan saat vaginanya kujilati. Ditekannya kepalaku sepertinya dia sangat menikmati permainan ini, sampai suatu saat kurasa vaginanya mulai basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan. Dengan nafas terengah-engah Ibu Ayu menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya. Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir vaginanya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik keluar kembali, begitu berulang-ulang. “Ayo dong, Dik!, jangan buat aku semakin ……” bisiknya“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik. “Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!” Akupun menganggukIbu Ayu berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara aku berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir vaginanya sementara dia mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang vaginanya. Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan pahanya pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Ayu. Ruangan kamar yang dingin seolah tidak terasa lagi, yang ada hanya lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh. “hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya. “Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku. “Ouuw… hh..,…lebih ce…aaahhhh!” “Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!” “Sss…. sama… aku juga…ohh..ohh!”Entah sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang sebelum pelukannya terasa melemah. “aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya. Kurasakan momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut keluar lewat kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi. “Ohhh..ohh….!” Desahku tak lama kemudian.Aku bergulir di samping Ibu Ayu mencoba mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan ritme nafas yang tak beraturan juga. Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas. Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Dia tersenyum padaku. “Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya!” jawabnya. Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang lalu di usapnya dengan selimut. “Aku keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan ngga bisa nahan lagi, ngga jadi anak khan nanti?” Tanyaku. “Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku. “Emm..,Mbak!” Tanyaku. “Apa sayang?” Jawabnya. “Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?” “Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.Setelah kejadian itu, tiga hari berikutnya aku menikmati servis istimewa dari Ibu Ayu untuk lebih mengeksplorasi ramuan kenikmatan dengan berbagai gaya yang diajarkan olehnya, bahkan masih berlangsung hingga saat ini. Pada mulanya anaknya yang kuincar menjadi cewek ku, ternyata malah mendapat layanan plus yang memuaskan dari ibunya.
Diposkan oleh Haryo Saru di 00:17 0 komentar
Label: Oedipus
My Wild Fantasy
Kenalkan namaku Sapto, Ceritanya ini tentang pengalamanku semasa sekolah, hidup dan menumpang di rumah ayah angkatku Pak Rochim, Pegawai Dinas Pertanian di ibukota kabupaten tempat aku lahir di pulau Sumatera. Di rumah itulah aku mulai mengalami fantasi fantasi liar tentang dunia sexualku.Pak Rochim dan ibu sangat baik kepadaku. Saat itu aku mulai numpang tinggal dan hidup di rumah Pak Rochim semenjak kelas satu SMP, dan aku tidur di sebuah kamar kecil dengan pembantunya, seorang perempuan berusia sekitar 21 tahun. Namanya Tina, gadis Bali berkulit hitam manis. Dia sudah lama tinggal dengan Pak Rochim. Orangnya tidaklah cantik, tapi tubuhnya bagus. Aku memanggilnya Kak Tina. Dia baik dan suka membantuku. Ternyata dia pernah bersekolah sampai tamat SMP. Kerjanya membersihkan dan membereskan rumah Pak Rochim yang tidak terlalu besar, mencuci pakaian, dan memasak. Hanya itu. Sehingga waktunya cukup banyak untuk membaca. Dia suka membaca. Terkadang novel-novelnya Freddy S, Abdullah Harahap, dan Motinggo Busye. Juga Nick Carter.Aku tidak diijinkannya membaca novel-novel stensilan itu. Dia hanya memberikan Kho Ping Hoo untukku. Aku tak protes. Mulai saat itu aku menyukai Pendekar Mata Keranjang dan sejenisnya. Setiap siang sepulang sekolah, sambil mengembalakan tiga ekor sapi milik Pak Rochim, aku membaca Kho Ping Hoo. Sesekali aku ingin juga membaca novel lainnya, tapi Kak Tina tak pernah mengijinkan aku menyentuh apa lagi membaca novel-novel itu. Rasa penasaranku makin bertambah. Suatu siang sepulang sekolah, rumah tampak sepi. Kak Tina tidak ada di rumah. Sedang disuruh mengobras kain, kata Bu Rochim. Akupun makan. Setelah makan, aku beristirahat di dalam kamar. Saat mataku melihat lemari Kak Tina yang terbuka (biasanya selalu dikunci), aku tergerak untuk mencari novel yang disembunyikannya. Beberapa buah novel ada di situ. Kuambil Nick Carter. Kubaca bagian depannya, aku memutuskan untuk tidak tertarik membacanya. Kubolak-balik halamannya, ada bagian yang ditandai. Aku tergerak untuk membacanya. Degh! Jantungku berdebar kencang. Membaca halaman itu. Tertulis di sana cerita tentang Nick Carter yang sedang menyetubuhi seorang wanita Rusia (sayangnya aku lupa judulnya). Aku terus membacanya, jakunku yang mulai tumbuh bergerak-gerak menelan ludah. Aku yang masih bocah terus membacanya. Muka dan kepalaku memanas. Tanpa sadar tanganku menggosok bagian kelaminku. Mengelus-elus si kecil yang telah bangun. Aku mulai merasakan kenikmatan. Tiba-tiba terdengar suara sepeda yang disandarkan ke dinding. Kak Tina! Aku segera menyudahi keasyikanku. Kumasukkan kembali novel-novel itu. Aku tertarik untuk membacanya lagi nanti. Pantas, Kak Tina tak mengijinkanku membacanya, pikirku. Jahat, masak cuma dia yang boleh tahu hal-hal semacam itu. Akupun keluar kamar, menyongsong dirinya. Kak Tina tampak kepanasan. Keringatnya mengucur, bau badannya tercium begitu menyengat. Bau yang membuat kejantananku langsung bertambah kencang. Bau tubuh Kak Tina memang aneh, agak-agak sangit. Tapi entah kenapa, sangat mengundang gairah lelakiku saat itu. Besok-besoknya aku tak pernah memiliki kesempatan untuk menggerayangi lemarinya. Kak Tina tak pernah lupa mengunci lemarinya. Aku tak punya keberanian untuk membongkar paksa.Suatu malam, setelah aku kelas tiga, setelah hampir dua tahun di rumah Pak Rochim, aku sedang tidur dengan Kak Tina di sebelahku. Aku saat itu berusia hampir 15 tahun. Saat tidur aku merasa ingin pipis. Aku terbangun, tak tahunya tanganku ada di atas dada Kak Tina, sedang tangannya menimpa tanganku itu. Gadis itu sedang tidur dengan nyenyaknya. Pasti dia tak sadar kalau tanganku tanpa sengaja telah terlempar ke tubuhnya. Dapat kurasakan kehangatan dada perawannya. Jantungku berdebar-debar. Kejantananku yang semakin matang terasa mengeras, apalagi karena aku memang ingin pipis.Ingat kalau aku ingin pipis, maka aku dengan perlahan mengangkat tangan Kak Tina dan menarik tanganku. Saat itulah kurasakan puting susu Kak Tina mengelus punggung tanganku. Ternyata Kak Tina tidak mengenakan bra. Seerr, darahku semakin berdesir. Segera saja aku berlalu ke kamar mandi untuk pipis.Waktu kembali ke kamar, posisi tidur Kak Tina telah berubah. Kakinya terbuka lebar, sedang kain yang dikenakannya tersingkap. Pahanya, yang walaupun sedikit gelap namun mulus itu terpampang jelas di mataku. Samar-samar, dari sinar lampu templok dapat kulihat pangkal pahanya yang tertutup celana dalam putih. Samar-samar kuamati ada sekumpulan rambut di sana. Aku baru kali ini melihat hal seperti ini. Jantungku berdebar kencang. Lama kupandangi selangkangan Kak Tina sampai dia mengubah posisinya. Aku naik kembali ke tempat tidur. Tapi aku sudah telanjur tidak dapat tidur. Bolak-balik saja aku di samping Kak Tina. Memandanginya. Dadanya yang membusung turun naik ketika dia menarik nafas. Sepasang putingnya melesak di balik daster tipisnya. Entah ide dari mana, pelan-pelan tanganku menyentuh dadanya. Mataku kupejamkan, berpura-pura seperti orang tidur. Ternyata Kak Tina tidak terpengaruh. Dia tetap tenang. Perlahan kutekan dadanya, tetap tidak ada reaksi. Aku semakin berani. Kusentuh lagi dadanya yang satu lagi. Benda lembut sebesar apel itu terasa lebih hangat.Kejantananku menegang. Kuingat cerita Nick Carter yang kubaca beberapa waktu yang lalu. aah, aku semakin deg-degkan. Suatu sensasi yang aneh. Antara rasa takut akan ketahuan dan kenikmatan meletakkan tanganku di atas dada seorang dara. Inilah pertama kali aku menyentuh dada seorang gadis, sepanjang umurku. Aku tetap memegang dadanya, sampai aku tertidur dengan damai. Dalam tidur aku bermimpi. Aku dan Kak Tina berpelukan telanjang bulat di atas ranjang kami.“Bangun! Sapto! Sudah pagi”, Guncangan di bahuku membuat aku terbangun.Memang aku harus bangun pagi. Mengeluarkan sapi dan menambatkannya di kebun belakang rumah, lalu kemudian mengisi bak mandi. Karena selalu mengisi bak mandi, badanku jadi berisi. Kak Tina selalu membangunkan aku setelah dia memasak air. Aku memicingkan mata, menguceknya dengan tanganku. “Huuaah” Aku menguap panjang, mengeluarkan bau naga. “Bau, tahu?! Sana urus sapi”, Kak Tina menepuk bahuku sebelum dia bilang, “Astaga.., kamu ngompol ya, Sapto?”. Aku kaget! nggak mungkin, nggak mungkin aku ngompol! Aku memegang celana pendekku di daerah depan. Astaga, memang basah! Aku ngompol? Aku tak percaya. Tapi memang celanaku basah sekali. Hanya saja, rasanya lengket. Baunyapun beda, seperti bau akasia.“Udah besar ngompol. Bikin malu saja”, Kata Kak Tina. Aku bersemu merah. “Atau..”, Kak Tina memandangku, lalu tersenyum lebar, “Kamu mimpi basah ya, Sapto?”. “Mimpi basah?”. “Iya. Tanda kamu sudah dewasa”. Dengan tangannya Kak Tina merasakan kain celanaku. Aku agak risih saat tangannya menyentuh kejantananku. “Benar. Ini memang mani” Kata Kak Tina. Lalu hidungnya mencium tangannya, aku agak heran. “Mimpi apa kamu, Sapto?”. “Mimpi..” Aku ingat mimpiku, tapi lalu ingat bahwa aku mimpi dengannya, “Gak mimpi apa-apa”. “Ya sudah. Yang pasti ini menandakan kamu sudah besar. Sudah bisa dapat anak”. “Emangnya..?” tanyaku heran. “Sudahlah, Nanti juga kamu tahu sendiri”.Aku berlalu menuju kamar mandi, membersihkan diri. Saat aku kembali ke kamar, Kak Tina menggodaku. “Mulai sekarang, hati-hati bergaul” Katanya. Aku tersipu malu. “Dan, kamu tak boleh lagi tidur denganku”, Katanya lagi. “Iya Kak”, Jawabku pasrah. “Cuma bercanda. Masih boleh kok. Kak Tina percaya. Kamu masih kecil dan polos”, Katanya.Siang itu aku pulang cepat dari sekolah, karena guru sedang rapat. Aku segera pulang. Sesampainya di rumah keadaan memang sangat sepi. Aku baru ingat, kalau Bu Rochim ada acara di Dinas Pertanian. Anak-anaknya dibawa semua. Aku menuju kamar. Saat menyimpan sepatu di samping kamar, aku mendengar suara perempuan mengerang, mendesah-desah, yang keluar dari dalam kamarku. Aku mengintip dari kaca nako.Ya ampun! Yang kulihat di sana sungguh luar biasa, dan tak akan pernah kulupakan. Di atas tempat tidur, Kak Tina sedang mengenakan baju kaos warna jingga. Hanya itu saja. Tanpa apa-apa. Baju kaos itupun tersingkap bagian atasnya, menampakkan dadanya yang kemarin malam aku sentuh. Langsung saja kemaluanku membesar, meradang di balik celana seragamku. Aku melihat Kak Tina memegang novel dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya menggosok-gosok bagian rahasia tubuhnya. Dapat kulihat bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana. Mata Kak Tina mendelik-delik, nafasnya terengah-engah. Aku melihat judul novel yang dibacanya. Sampai saat ini masih kuingat. Judulnya Marisa, pengarangnya Freddy S.Kak Tina masih terus menggosok kemaluannya. Saat tangannya beralih meremas payudaranya, terbukalah kewanitaannya. Saat itulah aku pertama kali melihat vagina wanita dewasa. Seerr, kejantananku sakit sekali rasanya. Reflek kuelus sendiri kemaluanku. Rasanya nikmat, nikmat sekali. Suatu rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.Aku masih terus mengintip, sampai akhirnya Kak Tina tampak terlonjak-lonjak dari tempat tidur. Erangannya berubah menjadi jerit tertahan. Aku semakin takjub. Saat gerakan liarnya selesai, aku merasakan sesuatu keluar dari kemaluanku. ooh, cairan berwarna putih kental keluar dari kepala kejantananku. Banyak sekali, mengotori celanaku. Aku menyumpah-nyumpah. Saat itu sikuku menyenggol rak sepatu. Sepatu-sepatu terjatuh menimbulkan suara berisik. Tempat tidurku terdengar berderak. Kak Tina pasti sedang merapikan dirinya. Aku terdiam terpaku.“Siapa itu?”, Tak lama kemudian terdengar suaranya. “Aku, Kak.., Aku”, Jawabku. “Kau sudah pulang, Sapto?”. “Ya, Kak.., Guru-guru rapat” Kak Tina keluar dari kamar. Telah memakai kain sarung. Aku menutup bagian depan celanaku yang basah dengan tas sekolahku. “Barusan ya?”. “Iya Kak”. Tampak raut wajah Kak Tina berubah. Kelihatannya dia lega aku tak memergokinya. “Ya sudah, ganti pakaian dan makan.., Aku siapkan dulu” Aku masuk kamar, lalu mengambil celanaku. Sedang Kak Tina ke dapur. Kulihat novel itu ada di atas meja. Kak Tina lupa menyembunyikannya. Setelah aku mengganti celana, aku meraih novel itu. Membolak-baliknya. Saat kudengar langkah Kak Tina, segera kuletakkan di tempatnya. Celana seragamku aku rendam di kamar mandi.Aku menuju dapur, lalu makan bersama Kak Tina. Setelah makan, seperti biasa aku dan Kak Tina menuju kamar kami. Kak Tina mengambil novelnya, hendak menyimpannya di dalam lemari. “Kak, Saya bisa pinjam nggak?”. “Ini? Ini bacaan orang besar”. “Tapi kan saya ingin tahu. Kelihatannya bagus. Saya belum pernah Kak Tina ijinkan membacanya”. Kak Tina menatapku. Lalu berkata, “Baiklah. Kita baca sama-sama”. Aku nyaris tak percaya. Kamipun duduk di pinggir tempat tidur. Mulai membaca.Ceritanya mengenai seorang wanita bernama Marisa, yang liar dan haus seks. Ceritanya benar-benar vulgar. Kak Tina nafasnya tak teratur saat membaca bagian yang menceritakan permainan cinta Marisa dengan beberapa laki-laki. Aku memandangnya. Mukanya yang sedikit hitam bertambah gelap. Nafsunya kurasa. “Sapto. Sulit ya membacanya?” Memang kami duduk berdampingan, dengan buku dipegang Kak Tina. “Ya” “Kalau begitu, duduklah di pangkuanku”Aku kaget, tapi tanpa berkomentar aku lalu duduk di atas pahanya. Badanku belumlah terlalu besar. Beratkupun saat itu belum sampai 40 kilo. Walau sedikit kesulitan, Kak Tina terus membaca. Aku? Otakku sudah tak mampu lagi membaca. Pikiranku mendadak kosong, ketika punggungku menyentuh dadanya. Dapat kurasakan kehangatan yang dihantarkannya.Kak Tinapun kurasakan menggosokkan tubuhnya ke tubuhku, saat halamannya sudah sampai ke bagian seru. Aku menikmati saja. Kejantananku meronta di balik celanaku, yang saat itu belum terbiasa memakai underwear. Tangan Kak Tina yang kanan mencengkeram pahaku. Terkadang mengelusnya, terkadang mengusap sampai ke pangkal pahaku. Aku membiarkan saja. Kurasakan detakan jantung Kak Tina kencang, seirama dengan detak jantungku. “Berdiri sebentar, Sapto”. Aku pun berdiri. Kak Tina membuka lebar pahanya. “Capek, Kamu makin lama tambah berat. Duduk di sini saja”. Dia menunjuk tepi tempat tidur, di antara pahanya yang terkangkang.Kami terus membaca. Kali ini sensasi yang kurasakan tidak hanya dada Kak Tina yang menekan punggungku, juga sebentuk gundukan hangat di pangkal pahanya menyentuh pantatku. Otakku terbakar! Tangan Kak Tinapun tetap meraba pahaku. Dengan ragu-ragu, kuletakkan pula kedua tanganku di pahanya. Dia tidak melarang. Aku coba mengusapnya, seiring dengan usapannya di pahaku. Dia tidak melarang. Naluriku menyuruhku untuk menekan punggungku ke dadanya. Dia tak melarang. Malah tangannya mulai menyentuh kejantananku, memegang batangnya. Aku menahan nafas.Tangan Kak Tina tetap mengelus dan meremas kejantananku dari balik celana. Tanganku pun bereaksi lebih berani, meremas pahanya yang kiri dan kanan. Tekanan dada Kak Tina, beradu dengan tekanan punggungku. Saat ini aku merasakan puber yang sebenarnya.Saat tangan Kak Tina mencoba meraih ritsluiting celanaku, terdengar suara motor bebek memasuki halaman rumah. Bu Rochim pulang.Serentak kami berdiri. Berpandangan. Aku salah tingkah. Kak Tina merapikan bajunya. “Sana, Urus sapi”, Usirnya kepadaku. Aku pun menurut. Waktu mengambil rumput sapi aku memikirkan semua yang terjadi, segalanya begitu fantastis. Pengalaman yang tak pernah kudapat sebelumnya. Aku mengharapkan segalanya akan terulang kembali. Tapi Kak Tina tak pernah mengajakku membaca bersama lagi. Aku tak berani bertanya kepadanya. Malu.Namun pengalamanku hari itu dengan Kak Tina membuat aku tambah penasaran mengenai seks. Aku ketagihan. Malam-malam, kalau Kak Tina tidur, aku menjelajahi tubuhnya. Dan untungnya, Kak Tina itu kalau tidur seperti orang pingsan. Sulit sadarnya. Jadi aku bisa bebas menyentuh dada dan kewanitaannya. Walaupun masih terhalang oleh pakaiannya. Tapi aku cukup puas.Sekali waktu, dengan berpura mengigau, aku merangkak di atas tubuhnya. Hati-hati sekali aku tiarap di atasnya. Mukaku tepat di antara bukit kembarnya, sedang kejantananku tepat di kewanitaannya. Aku menikmati saat itu. Sensasi yang kurasakan bertambah dengan rasa takut ketahuan. Kejantananku menekan kemaluannya, tergadang kugosok-gosokkan. Kak Tina tetap tak sadar. Setelah belasan menit melakukan itu, kejantananku menyemburkan spermaku. Membasahi celanaku, juga sedikit membekas di daster Kak Tina.Paginya aku takut-takut, kalau Kak Tina tahu ada sisa sperma di dasternya. Untung sisanya telah mengering. Sejak malam itu, setiap malam aku melakukan hal itu. Terkadang kupikir Kak Tina tahu, tapi dia membiarkan saja. Masalahnya aku pernah merasa bagian bawah tubuhnya berdenyut-denyut saat kutimpa, dan tangannya merangkulku, dan detak jantungnya keras dan cepat. Karena dia tidak pernah menyinggung hal itu, aku biarkan saja.Sampai satu hari kudapati Kak Tina muntah-muntah di kamar mandi. Bu Rochim mencemaskan keadaannya. Dengan segera Bu Rochim membawanya ke dokter. Kabar yang dibawanya dari dokter membuat seisi rumah tersentak. Kak Tina hamil dua bulan. Bukan, bukan aku yang melakukannya. Mana bisa. Kami tak pernah bersetubuh. Lalu siapa? Pak Rochim? Bukan, beliau orang baik (sampai sekarang aku selalu mengingatnya, ayah angkatku itu). Jadi siapa? Ternyata yang melakukannya pacar Kak Tina, seorang tukang becak yang sering mengantarnya kalau pergi pasar. Rupanya, kalau Pak Rochim bekerja dan Bu Rochim ada acara Dharma Wanita, si Otong itu selalu datang.Dan akhirnya Kak Tina pun menikah, lalu berhenti kerja. Tinggallah aku sendiri. Pak Rochim tak pernah mengambil pembantu lagi. Tiada lagi teman tidurku. Hanya aku dapat warisan dari Kak Tina. Apalagi kalau novel-novel erotiknya.
Diposkan oleh Haryo Saru di 00:07 0 komentar
Label: Oedipus
Senin, 2008 Februari 25
Memori Manis Sekaligus Pahitku
Aku adalah seorang karyawan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Forestry. Karena bidang pekerjaan yang aku jalani menyangkut data-data yang harus dilaporkan ke tingkat yang lebih tinggi lewat jaringan internet, maka aku punya kesempatan untuk chatting ataupun browsing untuk mengisi kepenatan. Singkat cerita, selama chatting aku kenalan dengan seorang wanita. Dalam perkenalan itu dia mengenalkan dirinya bahwa dia seorang karyawati sebuah bank yang ada di Ibukota. Begitu juga sebaliknya, aku juga ngenalin diri kalau aku karyawan sebuah perusahaan milik negara. Kami saling tukar foto via Yahoo Messenger. Saat aku terima fotonya, sebagai seorang pria, aku bisa memastikan kalau dia cantik, cantik banget .Waktu terus berlalu, begitu juga perkenalan kami via internet terus berlanjut dan suatu hari aku tanya dia “ An, kapan ke Bravo? “. “aku pulang Kamis malam, kamu kapan, jadi ngga ke Bravo?” begitu dia balik tanya padaku. Aku bilang sama dia kalau aku ngga jadi pergi sebab ada tugas dari atasan yang harus cepat diselesaikan. Tapi semua telah aku rencanakan, sebetulnya aku mau bikin kejutan ke dia. Setelah dua hari aku hubungi dia lagi “ An, aku di Sierra nih, trus mau ke Bravo, kamu dimana?” dia jawab”aku di rumah, kapan jadinya?” “Mudah-mudahan besok udah nyampai, ditunggu aja ya” aku jawab lagi. Nampaknya An kegirangan mendengar SMSku. Setelah aku sampai di Bravo, aku cari tempat yang enak untuk ketemu An, sekitar tiga jam lebih aku baru temukan tempatnya, tapi sangat sederhana., tak apalah daripada ngga dapat sama sekali, gini-gini juga masih untung. Aku sebut saja tempat itu “The World”. Tak berapa lama setelah aku recharg baterai HPku, An menghubungi aku, “ Ief, kamu dimana?” “aku di world nih,” kataku. 15 menit kemudian aku dikejutkan lagi oleh suara HPku, “ he he he… kamu dimana, aku udah nyampai nih?” aku di 14 kanan, kataku. Dan yang lebih membuat aku kaget, tiba-tiba muncul seorang wanita bercelana ketat warna hitam dan berbaju merah-hitam pula. Rambutnya pendek, dan……….. duhh… caanntiikknya……….. aku sempat bengong, tapi suasananya dihidupkan oleh uluran tangannya, “ aku An, udah lama?” aku jawab” dari jam tujuh tadi, tapi nyarinya dari jam tiga, lumayan lama sih.”.Kami ngobrol, tapi ngga banyak, soalnya aku masih banyak diam, karena masih mengagumi An. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara” kamu dah married ya?” aku jawab belon. “Udah…. kamu tidur dulu, pasti kamu capai kan, ngga apa-apa koq” trus An mau kemana? Tanyaku, “Yachh…. Aku disini nunggu kamu tidur”jawabnya. Setelah itu aku mandi dan kembali ke An, kami ngobrol dan saling tanya tentang masing-masing, tak terasa jarak kami semakin dekat, lalu aku sandarkan kepalaku ke pangkal lengannya, dia An diam saja, aku semakin berani dan jarak kami semakin dekat, lalu aku sandarkan kepalaku ke salah satu bukit kembarnya dan dia masih belum bereaksi apa-apa, aku rasakan sesuatu yang empuk menempel kepalaku, sementara kami masih ngobrol dan dia sambil main game di HPnya.Aku semakin penasaran, antara rasa takut dan penasaran aku cium pipinya, sambil senyum malu dia menjauhkan wajahnya dari wajahku, aku bisa pastikan kalau An juga merasakan hal yang sama, aku jadi yakin kalau An ngga akan nolak. Sambil basa-basi ngobrol, aku cium dia lagi, kali ini yang aku incar adalah lehernya bagian belakang. “ Iiichh, “ dia nyelutuk. kenapa? Tanyaku “ geli Ief” katanya. Rasa penasaranku semakin bertambah dan aku semakin berani dan berani, aku pegang pahanya yang masih terbungkus celana, lalu kuelus perutnya dan dia ngga nolak. Lalu aku rebahkan di tempat tidur, kucium lehernya, sementara tubuh kami saling menempel, meskipun masih mengenakan pakaian, sengaja aku gesekkan Anuku ke punyanya An, dia membalas seakan ingin menemukan posisi yang tepat. Posisi An dibawah, aku diatas. Kugerakkan badanku maju mundur….dan … oh….my Good…….dia membalasnya dan mengikuti gerakanku, aku semakin terangsang. Lalu tangan kiriku mencari daerah pangkal pahanya, kutekan punya An dengan jariku, dia menikmatinya.. dan belum sempat kami melakukan yang lebih jauh, tiba-tiba datang seorang delivery service dari Perusahaan makanan Fast food yang sempat kami pesan tadi… yach………… ngga jadi dech… aku ngomong dalam hati.Setelah selesai makan, aku coba untuk memulai, tapi An ngomong” ntar aja, biar turun dulu nasinya”, terpaksa aku menunggu, tapi dalam menunggu itu, aku ngga diam. Aku remas buah dadanya, meski ngga bilang, tapi aku yakin kalau An menikmati juga. Lalu aku cium lagi, kucium pipi, leher dan kupingnya, dia kegelian, dan aku semakin berani. Tak berapa lama, aku berhasil melepaskan kancing celananya dan reslitingnya aku buka, dia ngga nolak. Tak lama kemudian, olehku An sudah tidak bercelana lagi, CDnya sudah aku lepaskan alaamaakk………….pemandangan indah berada didepanku, kulihat gundukan bukit kecil dengan pohon-pohon yang baru saja abis ditebang ada di depan mataku. Tanpa komando, aku jilati putingnya, lalu aku isep.. dan oohh……aah……esst….. An mendesah dan aku tambah terangsang lalu aku lepaskan celanaku sendiri, kini kami sama-sama telanjang. Kemudian ku cium dan ku jilat pahanya…. Trus ke atas… dan ke atas sampai aku di zona inti, bukan di daerah zona penyangga lagi (Zona Inti dan Zona Penyangga perupakan daerah kawasan hutan yang ada di system perusahaan tempat ku bekerja). Pelan tapi pasti, aku isep dan aku jilati labia minoranya, dan….. uuhh….. acchh…..esstt dia mendesis. Aku terus memainkan benda paling berharga tersebut, aku sedot klitorisnya dan An semakin menggelincang… lalu aku masukkan jari telunjukku ke lobang kenikmatan milik An… dan…. Oh..Tuhan…. dia semakin menjadi dan menjadi….kumainkan tanganku didalamnya. dan An tambah menggelincang. Aku tak sabar lagi, kuarahkan punyaku ke wajahnya, lalu dia….. dia menyedotnya bagai ngemut permen loli, sungguh nikmat rasanya aku dibuatnya. Aku semakin tak tahan dan kuarahkan punyaku ke liang vaginanya, perlahan tapi pasti senjataku amblas, dengan gerakan teratur aku goyang pantatku maju mundur, oohh….Aaahh…….. kulihat mata An merem melek. Ya Tuhan……… nikmat banget rasanya…..punyaku serasa ada yang menggigit dan ada yang menyedot dari dalam vagina An dan aku semakin merasakan kenikmatan…aku merasakan sesuatu yang basah di dalam vagina An, dia sudah mengeluarkan cairan kenikmatannya., dan sekitar 10 menit aku merasakan sesuatu akan keluar dari pelerku, dan dengan gerakan yang kutambah kecepatannya aku ngga kuat lagi dan… ooh… eehh ahh……aku dekatkan wajahku ke telinganya, dia memelukku erat…saat itu aku bahagia sekali rasanya. Kami tidak langsung melepaskan diri, ubuh kami masih menyatu, lalu aku usap dan kubelai rambutnya, sementara An masih berada di bawahku. Kulihat senyuman manis ditujukan ke arahku, mulai saat itu, kurasakan bahwa aku telah menaruh rasa sayang pada An. Setelah selesai melakukan hubungan intim itu, An lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, kami bercengkrama lagi…..”koq keluar di dalam sih?” An tanya padaku, lalu kujawag kenapa? Dia bilang…ngga….. rasanya tambah enak koq, walau becek, tapi tambah enak…begitu katanya. Tidak tahu kenapa, rasa sayangku padanya kian bertambah, An merebahkan badannya, kepalanya diatas pahaku, kubelai rambutnya dan sekali-kali kucium pipinya. Ngga berapa lama, kami mengulangi lagi untuk mencari kenikmatan, kali ini dari posisi konfensional ke gaya doggy style. Waktu kumasukkan senjataku ke vaginanya, serasa senjataku ada yang menjepit, tapi rasanya semakin nikmat… dan yang membuatku lebih puas waktu An mengerang dan mendesis… aahh……..eesstt…….. oocchh…Ief……aku semakin terangsang. Lama juga dia mengerang, dan beberapa saat kemudian aku kembali mengalami orgasme.Kami melakukan hubungan sebanyak empat kali, dan yang terakhir seperti yang sudah, aku cium bibirnya, pipinya, lalu telinganya. Dia mengerang keenakan. Terus aku turun ke leher… lalu kuisep putingnya lalu kusedot dan dia mengerang lagi. Kemudian aku jilat ketiaknya….dia kegelian … lalu aku turun terus sampai perut… terus turun ke zona inti. Seperti biasa, aku jilat klitorisnya…aku mainkan labia minoranya, tak terasa aku merasakan cairan kental keluar dari lubang vaginanya. Kini giliran aku di bawah, dengan pelan tapi pasti, An menjilat penisku,….rasanya seperti terbang…lama An memainkannya…setelah batang penisku, dia pindah ke testisku…dan…..oohh rasa geli campur nikmat menyelimutiku. Lalu An menjilat kembali penisku lalu ke atas…dia bales isep putingku, nikmat rasanya. Lalu dia cium leher dan telingaku, rasanya tambah nikmat aku dibuatnya.Dengan gerakan pasti, An memegang penisku dan diarahkan ke vaginanya. Posisi An di atasku, dan…….. busyet…..lincah banget goyangannya….. penisku serasa ada yang memilin-milin. Tak berapa lama kudengar suara An……Ooohh…….oohh….aachh…..suara yang sangat khas keluar dari lobang senggamanya dan kurasakan becek banget. Kami diam sejenak, lalu dengan posisi masing-masing setengah jongkok, aku tusuk-tusukkan senjataku ke dalam vagina An, dan yang terakhir ini aku lihat An semakin menjadi desahannya… oocchh……..aachh……esstt…..giillaa……. oouuww….eesstt. setelah An mencapai orgasme, dia kembali menggoyang pinggulnya, dan aku kembali merasakan enak yang luar biasa, sambil goyang, An tersenyum kembali ke aku. Kulihat wajah yang begitu cantik… ada di depanku…. Aku semakin menaruh rasa sayang pada An. Tiba-tiba An ngomong “ mau doggy lagi?” tanpa kujawab aku langsung mengambil posisi, kini aku di belakang An, dan perlahan kumasukkan penisku ke vagina An. Dengan pasti aku gerakkan penisku maju mundur, sekali lagi An mengerang dan gerakanku tambah kupercepat… dan oouuchh oouuww…An mengerang lagi, dan kurasakan tambah becek saja vagina An. Aku ngga mau lama-lama, kupercepat gerakanku, dan An mengikutinya, digerakkannya pantatnya ke depan dan ke belakang. Dan tiba tiba aku merasa mau orgasme…dan…..oohh……oohh….aku keluar. Lalu aku lepaskan penisku dari vagina An.Setelah selesai, kami saling membersihkan diri dan kami saling berdekapan lagi, aku merasa saat itu aku ngga mau pisah dengan An. Direbahkannya kepala An di dadaku, aku cium lagi kening An dan setelah selesai berbenah, kami sepakat untuk makan malam di Texas Chicken yang ada di pusat kota. Sekitar setengah jam kami makan, lalu kami sepakat pulang. Kami pulang naik taxi yang udah nunggu penumpang ngga jauh dari tempat kami makan malam. Dalam perjalanan pulang, An sempat bilang kalau An nanti hamil, lalu aku sarankan supaya memakan suatu buah yang kata orang bisa untuk obat. Sebelumnya An juga sempat bilang kalau sebelumnya An belum pernah mengalami becek di dalam vaginanya, selalu kering katanya. Dalam hati aku mersa bangga telah bisa membuat An puas. Di dalam taxi aku kembali memeluk An dan kuusap rambutnya lalu kukecup keningnya. Kami pisah di depan plasa S, sementara An pulang ke daerah R. sebelum pisah, An sempat mencium tanganku, dan dilambaikan tangannya ke arahku, aku merasa tambah kehilangan An.Memang nasib orang tak ada yang tahu, sampai rumah aku berusaha untuk bersikap biasa saja seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Tapi waktu aku mau tidur, tiba-tiba ada pertanyaan yang ditujukan ke padaku dan aku ngga bisa mengelak sebab tiket bis dan nota kembalian masih berada di dalam tasku. Ditambah lagi di memory HPku ada nomor HP yang dianggap asing, dan ada SMS yang datang dari temen sekantorku yang menanyakan tentang kabar An. Aku ngga sempat menghapus memory tersebut karena sebelumnya baterainya udah habis lagi. Aduh…sialnya diriku ini.Satu persatu nomor HP yang ada di memory HPku dihubungi, tak ketinggalan juga no HP An. Aku merasa bersalah pada banyak orang, tapi sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan An. Yang aku sesalkan, kenapa tidak dari dulu aku ketemu An, kenapa baru sekarang, kenapa aku harus ketemu dengan An kalau aku tidak bisa memilikinya.Sekarang aku hanya bisa berharap semoga An bisa hidup dengan tenang dan diberi kelancaran dalam kehidupannya. Memang, kalau hati kecilku ngga rela kalau An pergi jauh dariku, tapi Takdir telah bicara. Mungkinkah aku dapat menjalani semua ini?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar